JAKARTA, KOMPAS.com - Potensi pemangkasan suku bunga dapat mendukung pasar surat utang tanah air. Pada akhirnya, solidnya kondisi pasar obligasi Indonesia dapat berefek pada imbal hasil yang dicetak oleh reksadana pendapatan tetap.
Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi Riawan menilai bahwa, prospek reksadana pendapatan tetap di tahun 2024 ini cukup baik.
Hal itu mengingat adanya potensi penurunan suku bunga acuan global dan juga dalam negeri yang akan mendorong kenaikan harga obligasi.
Baca juga: Link dan Cara Cek Data Non ASN Tahun 2024 di BKN
“Reksadana pendapatan tetap juga memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan reksadana saham, sehingga cocok untuk investor yang memiliki profil risiko moderat atau ingin diversifikasi portofolio,” ungkap Reza kepada Kontan.co.id.
Namun, Reza mengingatkan, perlu dipertimbangkan imbal hasil (return) yang ditawarkan reksadana pendapatan tetap kemungkinan tidak sebesar tahun lalu, karena dampak pandemi sudah mulai mereda dan perekonomian mulai pulih.
Sebagai informasi, berdasarkan data Infovesta di sepanjang tahun 2023 lalu, indeks yang mengukur rata-rata produk reksadana pendapatan tetap mencetak return tertinggi sebesar 4,73 persen year on year (YoY).
Baca juga: Pemerintah Bakal Lelang 22 Lukisan Maestro Indonesia, Harga Mulai Rp 4 Juta hingga Rp 55 Juta
Disusul reksadana pasar uang dengan return sebesar 3,94 persen YoY, reksadana campuran 0,86 persen sedangkan reksadana saham terpantau mencatat performa negatif yaitu minus -3,73 persen YoY.
Terlepas dari imbal hasil yang berpotensi tidak lebih besar dari tahun lalu, Reza menyampaikan beberapa tips untuk memaksimalkan imbal hasil produk pendapatan tetap.
Jika investor memilih reksadana pendapatan tetap, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Antara lain mulai dari kinerja historis reksadana, kualitas aset reksadana, durasi reksadana, hingga komposisi aset reksadana.
Baca juga: Konglomerat Budi Said Jadi Tersangka, Dirut Antam: Saya Bersyukur
Reza menjelaskan, dari sisi kinerja, investor dapat membandingkan kinerja reksadana dengan tolak ukur atau indeks yang relevan. Investor dapat melihat return dan risiko yang dicapai produk tersebut dalam periode tertentu.
Kualitas aset reksadana juga harus menjadi perhatian yaitu peringkat kredit dari efek bersifat utang yang menjadi aset dasar reksadana. Semakin tinggi peringkat kredit, semakin rendah risiko gagal bayar dari obligasi tersebut.
Sementara durasi reksadana berguna untuk menyesuaikan kondisi pasar terkini. Investor bisa memilih reksadana dengan durasi yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi masing-masing.
Baca juga: Kemenko Perekonomian Buka Lowongan Kerja hingga 25 Januari 20234, Cek Syaratnya
“Untuk tahun 2024, reksadana dengan durasi menengah atau panjang mungkin lebih menarik, karena akan memberikan capital gain yang lebih besar jika suku bunga turun,” jelas Reza.
Tak kalah penting, Reza menuturkan, investor seharusnya melihat komposisi aset reksadana dari produk yang menjadi pilihan. Secara umum, obligasi pemerintah lebih aman tapi memberikan return lebih rendah dibandingkan obligasi korporasi.
Dan juga obligasi jangka pendek lebih stabil, tapi memberikan return lebih rendah dibandingkan obligasi jangka panjang. (Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Intip Tips Maksimalkan Cuan dari Reksadana Pendapatan Tetap Berikut Ini
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.