Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Kian Panas, Sri Mulyani: Bukan karena Situasi Politik...

Kompas.com - 29/01/2024, 14:08 WIB
Rully R. Ramli,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menekankan, perubahan iklim merupakan salah satu isu utama yang akan dihadapi berbagai belahan dunia dalam jangka pendek maupun panjang.

Pasalnya, dampak nyata dari isu tersebut sudah dirasakan oleh banyak negara.

Meningkatnya rata-rata suhu di sejumlah negara menjadi bukti nyata dari perubahan iklim. Sri Mulyani bilang, rata-rata suhu dunia meningkat 0,6 derajat celsius pada 2023.

Baca juga: Forum Negara Kepulauan Serukan Isu Perubahan Iklim

Ilustrasi suhu panas. Tahun 2023 secara resmi dinobatkan sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah sejak pencatatan suhu dilakukan pada 1850-an.Shutterstock Ilustrasi suhu panas. Tahun 2023 secara resmi dinobatkan sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah sejak pencatatan suhu dilakukan pada 1850-an.

Di Indonesia, rata-rata suhu mencapai 27,8 derajat celsius. Ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara paling panas di dunia.

"Ini bukan karena situasi politik, ini karena memang benar-benar panas," kelakar Sri Mulyani, di PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) Anniversary Dialogue di St Regis Hotel, Jakarta, Senin (29/1/2024).

Melihat perkembangan tersebut, Sri Mulyani menyebutkan, penanganan isu terkait perubahan iklim perlu dikedepankan. Apalagi, saat ini Indonesia berada dalam momentum pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Bendahara Negara menjelaskan, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) suatu negara berkorelasi dengan tingkat emisi karbon. Semakin tinggi pertumbuhan PDB, maka semakin tinggi juga tingkat emisinya.

Baca juga: Menteri LHK Ajak Masyarakat Ikut Atasi Perubahan Iklim lewat Ekonomi Sirkular

"Saat ini (emisi Indonesia) mencapai kisaran 3 ton emisi CO2 per kapita. Ini meningkat cukup signifikkan, tapi jika anda bandingkan dengan negara lain itu masih berada di antara yang terendah," tuturnya.

Oleh karenanya, untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, sekaligus menangani isu perubahan iklim, maka pembangunan dengan aspek keberlanjutan menjadi penting.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com