JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat penerbangan Gerry Soejatman menyarankan agar pesawat komersial dipasangi sistem Crew Alertness Monitor (CAM).
Gerry bilang, sistem CAM ini dapat berguna untuk mengantisipasi pilot dan kopilot ketiduran selama penerbangan seperti yang terjadi pada pesawat Batik Air pada 25 Januari 2024.
"Saya keingat bahwa ada sebuah sistem yang available bisa dipasang di pesawat untuk mencegah kedua pilot bablas ketiduran," ujarnya dalam akun X atau Twitter pribadinya, dikutip Selasa (12/3/2024).
Baca juga: Kemenhub Tegur Keras Batik Air soal Pilot dan Kopilot Tertidur Saat Terbang
Dia menjelaskan, sistem CAM ini akan membuat pesawat mengeluarkan EICAS caution atau pilot response ketika beberapa menit tidak ada aktivitas pada switch action.
Untuk mematikan peringatan tersebut, maka salah satu switches pada switch action harus ditekan atau diputar. Setelah itu barulah peringatannyanya akan hilang dan timer CAM direset.
"Jika tidak ada respons, maka kemudian akan keluar warning di EICAS Display (Engine Indication and Crew Alerting System). Enaknya, CAM ini bisa diset (diatur) sesuai keinginan airline," jelas Gerry.
Namun, kata Gerry, sistem CAM ini belum terpasang dan bahkan belum menjadi opsi di semua tipe pesawat komersil di Indonesia.
Baca juga: Batik Air Nonaktifkan Sementara Pilot yang Tidur Saat Penerbangan
Sampai saat ini, sistem CAM baru dipasang di pesawat berbadan lebar (wide body) atau penerbangan yang berlangsung 6 hingga 12 jam nonstop (long haul).
Oleh karenanya, dia menilai pemasangan sistem CAM ini diperlukan di pesawat-pesawat komersial di dalam negeri mengingat semakin banyaknya overnight operation pada penerbangan jarak pendek dan menengah menggunakan pesawat berbadan sempit (narrow body).