Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Said Abdullah
Ketua Badan Anggaran DPR-RI

Ketua Badan Anggaran DPR-RI. Politisi Partai Demoraksi Indonesia Perjuangan.

Mengintegrasikan Bappenas dan Kemenkeu

Kompas.com - 22/03/2024, 11:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETIAP awal tahun semua kementerian dan lembaga mengajukan recana kerja dan anggarannya kepada (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) Bappenas dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Bappenas bertugas memastikan usulan-usulan program kementerian/ lembaga teknis sesuai dengan arah dan tujuan dari rencana pembangunan jangka menengah dan panjang.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan kumpulan dari janji politik presiden dan wakil presiden terpilih. Bappenas menyeleksi program kementerian dan lembaga teknis, agar milestone tahunan dalam RPJMN tercapai.

Di kamar sebelah, Kemenkeu menerima usulan rencana program dari kementerian/lembaga teknis yang telah di setujui Bappenas.

Baca juga: Pembiayaan Anggaran Negara Baru Mencapai Rp 135,1 Triliun, Sri Mulyani: Ini Sangat Kecil

Atas usulan itu, Kemenkeu menyusun dan mengevaluasi usulan anggaran dari rencana kerja tiap tiap kementerian/lembaga teknis. Atas pertimbangan kemampuan fiskal dan berbagai program mandatori yang ditetapkan oleh undang-undang, Kemenkeu dapat mengurangi, menambah, bahkan tidak menyetujui anggaran, serta menyusun termin anggarannya, jika rencana kerja tersebut multiyears.

Dari proses bisnis yang selama ini berjalan dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran pemerintah, atas beberapa kasus, ada kementerian/lembaga teknis, terutama dari menteri atau kepala lembaganya kuat secara politik. Usulan tersebut menjadi tidak terbendung, bukan karena pertimbangan keselarasan program dengan RPJMN, namun kuasa politik yang menyertainya. Akibatnya usulan program melenceng dari perencanaan yang seharusnya.

Tentu saja itu menyalahi proses bisnis yang seharusnya diatur dalam perencanaan pembangunan. Itulah sebabnya posisi lembaga perencana dan penganggaran perlu diperkuat kedudukan hukumnya, kepemimpinannya, serta kelembagaannya.

Berkaca dari Amerika Serikat (AS), negara itu memiliki Office of Management and Budget (OMB). Lembaga itu bertanggung jawab menyiapkan perencanaan program dan anggaran dari seluruh agensi.

 

Baca juga: Bappenas Tepis Kegagalan Program Jokowi Capai Target RPJMN 2024

OMB menjadi alat Presiden AS untuk memastikan visinya dapat direncanakan dengan matang, dan sokongan anggaran yang memadai. Bahkan OMB berwenang mengidentifikasi perbaikan program serta menentukan tingkat akuntabilitas tiap agensi.

Kewenangan Satu Atap

Kewenangan perencanaan pembangunan dan alokasi anggaran di Indonesia masih terpisah pada dua kementerian, yakni Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas dengan Kemenkeu. Terkadang dalam perjalanannya, tidak mudah membangun koordinasi dan penyamaan pandangan strategis di antara keduanya.

Bappenas berpikir pada kepentingan arah dan laju pelaksanaan program-program dari presiden terpilih. Namun, Kemenkeu tidak bisa hanya bertumpu pada rentang kendali atas pelaksanaan janji presiden terpilih. Lebih dari itu Kemenkeu berpandangan ada pertimbangan-pertimbangan kelangsungan dan kesehatan fiskal yang harus dijaga.

Pada titik tertentu, situasi tersebut tentu tidak mudah bagi kedua lembaga untuk melangkah. Menghadapi situasi demikian, pilihannya ada pada keputusan presiden sebagai pemimpin tertinggi, tentu dengan segala pertimbangan dan konsekuensinya.

Berkaca pada keadaan seperti ini, presiden perlu memperkuat kelembagaan perencanaan dan anggaran dalam satu atap. Ada pilihan-pilihan yang bisa ditempuh, pertama; presiden dapat menempatkan perencanaan dan anggaran untuk memastikan prioritas programnya dengan dukungan fiskal yang kuat dalam satu kelembagaan tersendiri. Artinya, unit-unit kerja di Bappenas dan Kemenkeu dilebur dalam satu kelembagaan perencanaan dan anggaran yang langsung di bawah presiden.

Pilihan kedua, perencanaan pembangunan dan anggaran ditempatkan kewenangannya di bawah Kemenkeu. Hal ini untuk menyinergikan program pembangunan dan aspek ekonomi makro. Apalagi situasi global makin tidak menentu dan dengan mudah memberi efek rambatan kepada keadaan ekonomi dalam negeri, sehingga keseluruhan perencanaan pembangunan perlu ditempatkan pada situasi yang lebih dinamis.

Penyatuan fungsi perencanaan pembangunan dan anggaran dalam satu kewenangan, baik di bawah presiden maupun di bawah Kemenkeu akan memudahkan otoritas untuk bertindak lebih gesit, khususnya dalam merespon situasi ekonomi dan geopolitik global yang mudah berubah, tetapi tetap dalam koridor pencapaian janji politik presiden terpilih.

Pekerjaan lain yang harus dipersiapkan, yakni perlunya memperkuat kedudukan hukum dari fungsi perencanaan dan anggaran. Bila perlu dikuatkan kedudukannya dalam undang-undang. Dengan demikian, fungsi ini memastikan berjalannya aspek teknokrasi pembangunan, tidak mudah diintervensi oleh lembaga dan kelompok politik, sehingga kelembagaan itu menjadi penjaga gawang bagi estafet kelangsungan pembangunan, siapapun presiden dan wakil presiden yang memerintah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Logistik Pertambangan MAHA Bakal Tebar Dividen, Simak Besarannya

Emiten Logistik Pertambangan MAHA Bakal Tebar Dividen, Simak Besarannya

Whats New
Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Whats New
IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

Whats New
Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Whats New
PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Whats New
Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Whats New
Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Whats New
5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

Work Smart
Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Whats New
Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Whats New
Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Whats New
Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Whats New
Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Whats New
Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com