Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Kompas.com - 23/04/2024, 13:08 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membagikan sejumlah tips keuangan untuk mengelola keuangan bagi ibu-ibu di tengah tren pelemahan rupiah yang berpotensi mengerek harga pangan di pasaran.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari mengatakan, bagi ibu-ibu yang memiliki usaha, hal pertama yang perlu dilakukan ialah memisahkan anggaran untuk usaha dengan anggaran belanja keluarga.

"Dari bisnis untung atau dapat income pemasukan, kemudian belum hitung biaya-biaya, udah kemudian uangnya keluar untuk keluarga dan lain-lain, nah itu harus dipisahkan," tutur dia saat ditemui di Aula Serba guna Perpusnas, Jakarta, Selasa (23/4/2024).

Baca juga: OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Kemudian, para ibu diimbau untuk menyiapkan pos dana darurat, yang nantinya bakal digunakan sebagai bantalan apabila terjadi kenaikan harga pangan yang signifikan.

Biasanya, Friderica bilang, OJK menyarankan kepada suatu keluarga untuk menyiapkan dana darurat dengan besaran setara 3 sampai 6 kali dari pengeluaran setiap bulan.

"Tapi orang beda-beda tergantung berapa jumlah anak, kebutuhan setiap bulan dan lain-lain," kata perempuan yang akrab disapa Kiki itu.

Terakhir, ibu-ibu diminta untuk menentukan skala prioritas pengeluaran, di mana pengeluaran bersifat primer diimbau untuk diprioritaskan.

"Terus kemudian berapa yang ditabungkan, berapa yang diinvestasikan, jadi untuk melawan inflasi, kita ajari untuk investasi," ucapnya.

Baca juga: OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Sebagai informasi, nilai tukar rupiah tengah berada dalam tren pelemahan, di mana saat ini kurs rupiah telah menembus level Rp 16.200 per dollar AS.

Seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah, ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bustanul Arifin mengatakan, harga pangan impor di dalam negeri berpotensi naik tajam.

"Karena perang ini (Iran-Israel) menyebabkan logistik terganggu sistem logistik terganggu, dan kita sudah paham dollar sudah mencapai Rp 16.200 itu akan mendorong menaikkan harga pangan dan inflasi," kata Bustanul dalam diskusi virtual bertajuk "Dampak Kebijakan Ekonomi Politik di Tengah Perang Iran-Israel", Senin (22/4/2024).

Baca juga: Soal Dugaan Pidana di Investree, Ini Penjelasan OJK

Bustanul juga menyoroti harga beras global yang sensitif dengan kebijakan masing-masing negara. Ia mencontohkan, pemerintah yang melarang ekspor beras yang ikut berdampak terhadap kenaikan harga beras.

"Betapa sensitif harga beras global tingkah laku anomali," tuturnya.

Berdasarkan hal tersebut, Bustanul mendorong penguatan basis produksi pangan dalam negeri dan pengelolaan stok pangan domestik.

"Perlu kolaborasi antardaerah dalam pemanfaatan teknologi pertanian, dinamika surplus dan defisit pangan, ekosistem inovasi dan strategi riset dan pengembangan, serta fasilitasi pertanian dengan digitalisasi rantai nilai pertanian," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com