Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Kompas.com - 23/04/2024, 16:35 WIB
Kiki Safitri,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto mengatakan, tahun ini rupiah bisa bergerak menguat pada kisaran Rp 15.000 hingga Rp 15.500 per dollar AS.

“Untuk rupiah, sampai dengan akhir tahun seharusnya bisa di bawah Rp 15.000 per dollar AS, tepatnya di kisaran Rp 15.000 hingga Rp 15.500 per dollar AS,” kata Rully di Jakarta, Selasa (22/4/2024).

Menurut dia, ada beberapa hal yang bisa mendorong pergerakan positif pada rupiah, seperti kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI). Di sisi lain, pergerakan rupiah juga dibayangi oleh sentimen eksternal, seperti kebijakan moneter di AS.

Baca juga: OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Ilustrasi uang rupiah, uang kertas rupiah. SHUTTERSTOCK/MAHA CREATIVE HUB Ilustrasi uang rupiah, uang kertas rupiah.

Dia bilang, saat ini sentimen higher for longer kembali terjadi. Masalah geopolitik juga dalam beberapa bulan terakhir agak sedikit mereda. Selain itu, Wall Street rebound dan harga minyak dunia juga sudah cenderung kembali mereda.

“Jadi mau tidak mau, saya rasa Bank Indonesia harus menaikkan suku bunga, meskipun tidak otomatis, rupiah akan menguat ke bawah Rp 16.000 per dollar AS lagi. Tapi setidaknya untuk menahan supaya tidak mengalami depresiasi lebih dalam lagi,” jelas dia.

Rully mengatakan, kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih dihadapkan dengan banyak tantangan. Salah satu tantangan terbesar saat ini adalah tingginya tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

Dia bilang, pergerakan rupiah dalam jangka menengah masih sangat sulit untuk diprediksi karena sangat dipengaruhi oleh isu global, bukan dipengaruhi oleh kondisi di dalam negeri.

Baca juga: Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Tren pelemahan rupiah lebih disebabkan oleh sentimen higher-for-longer suku bunga kebijakan the Fed yang kembali menyebabkan volatilitas dan ketidakpastian pasar global.

“Sentimen global tersebut, yang juga berdampak kepada besarnya aliran modal asing keluar dari Indonesia, menyulitkan BI untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter dalam waktu dekat,” tegas Rully. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com