JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi global yang masih dihadapi oleh ketidakpastian dinilai telah mempercepat adopsi teknologi blockchain.
Hal ini terefleksikan dengan telah diluncurkannya Exchange Traded Fund (ETF) Bitcoin di Amerika Serikat (AS) dan Hong Kong.
CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan, teknologi blockchain memang memiliki potensi untuk untuk mengubah paradigma dalam berbagai industri dengan memungkinkan transparansi, keamanan, dan efisiensi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Baca juga: Upbit Dukung Kemenkominfo Bangun Ekosistem Blockchain
Teknologi ini juga memiliki keunggulan dalam desentralisasi, dan diklaim lebih tahan terhadap serangan siber.
"Misalnya, jika satu server blockchain terkena serangan, sistem dapat beralih ke server lainnya," kata dia, dalam keterangannya, Jumat (3/5/2024).
Selain itu, Oscar memberikan contoh, jika platform media sosial digerakkan dengan teknologi blockchain, platform media sosial bisa memberikan hak kepemilikan langsung kepada pengguna atas konten yang mereka hasilkan.
Adapun saat ini, teknologi blockchain identik kaitannya dengan aset kripto besar, Bitcoin dan Ethereum. Pemanfaatan teknologi blockchain membuat kedua aset itu dinilai lebih transparan transaksinya, sehingga pergerakan harganya ditentukan oleh permintaan pasar.
Baca juga: Tata Kelola Penting Diterapkan Industri Blockchain, Ini Manfaatnya
"Oleh karena itu, Bitcoin dianggap sebagai safe haven asset di tengah ketidakstabilan ekonomi global saat ini," ujarnya.
"Sementara Ethereum, awalnya tidak diciptakan sebagai mata uang, namun sebagai sistem operasi untuk aplikasi terdesentralisasi," sambung Oscar.