Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Susu China Perketat Standar Keamanan Pangan

Kompas.com - 22/05/2024, 22:30 WIB
Lusia Kus Anna,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

QIQIHAR, KOMPAS.com - Konsumsi susu dan produk turunannya di China terus mengalami kenaikan setelah pemerintah memperketat keamanan pangan usai skandal melamin pada produk susu bayi di tahun 2008 silam.

Setelah skandal yang menyebabkan beberapa bayi meninggal dan sakit, pemerintah China mereformasi manajemen produksi susu, termasuk mengubah undang-undang terkait untuk memperkuat keamanan pangan dan meningkatkan standar teknis.

Melamin bukan termasuk bahan baku makanan dan tidak boleh ditambahkan ke dalam susu dan produk susu. Penambahan ilegal zat ini ke dalam susu seperti yang dilakukan perusahaan susu Sanlu, terutama untuk meningkatkan kandungan protein dalam pangan dengan mengukur kandungan nitrogen.

Meski demikian, karena melamin digunakan untuk memproduksi bahan kemasan makanan, pestisida dan pupuk, maka mungkin terdapat sedikit residu melamin dalam makanan.

Baca juga: Menko Airlangga Siapkan Pengadaan Susu untuk Program Makan Siang Gratis Prabowo

Sapi perah berada di mesin pemerah susu otomatis di peternakan milik perusahaan susu Feihe di Qiqihar, China.KOMPAS.com/Lusia Kus Anna Sapi perah berada di mesin pemerah susu otomatis di peternakan milik perusahaan susu Feihe di Qiqihar, China.

Saat ini pemerintah Tiongkok menetapkan batas atas kandungan residu melamin pada produk susu formula adalah 1 mg/kg, sama dengan batas yang ditetapkan oleh Australia dan Selandia Baru.

Penerapan nilai batas tersebut juga telah mendapat masukan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO).

Dikutip dari Dairynews, pemerintah Tiongkok saat ini terus meningkatkan pengawasan terhadap produk susu, dengan inisiatif seperti proyek 'Excellent Milk' yang memantau secara ketat peningkatan kualitas dan keamanan.

Baca juga: Kata Peternak Sapi Perah: Banyak Susu Dicampur Air, Tak Efektif Atasi Stunting

Rantai produksi terintegrasi

Daya beli masyarakat Tiongkok yang meningkat imbas kemajuan ekonominya, membuat konsumen memiliki tuntutan yang lebih tinggi terhadap kualitas produk susu, yang secara tidak langsung mendorong berkembangnya industri susu.

China Feihe, pembuat susu formula bayi terbesar di Tiongkok, merupakan satu-satunya produsen susu yang tidak termasuk dalam skandal susu melamin di tahun 2008.

Untuk menjaga mutu produknya, perusahaan yang berdiri tahun 1962 ini membuat peternakan sapi perah yang terintegrasi dengan pabrik pengolahan susu.

Baca juga: Prabowo Mau Impor 1,5 Juta Sapi, Asosiasi Koperasi Susu Berikan 4 Catatan

General Manager Feihe Farm, Yu Yuanming mengatakan peternakan sapi perah milik Feihe yang berlokasi di Qiqihar, China, merupakan yang paling maju.

Selain kandang sapi yang modern dan pakan yang bergizi, proses pemerahan susu juga menggunakan mesin pemerah otomatis tanpa campur tangan manusia untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi.

"Sejak tahun 2006 Feihe menjadi pelopor sebagai peternakan dengan jumlah sapi perah holstein mencapai puluhan ribu. Peternakan kami memiliki kapasitas produksi 300 ton susu segar per hari," kata Yuanming saat menerima kunjungan tim dokter dan media dari Indonesia, termasuk Kompas.com pada (16/5/2024).

Baca juga: Mengapa RI Sangat Bergantung Impor Susu?

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Whats New
Holding BUMN Danareksa Bagi-Bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Holding BUMN Danareksa Bagi-Bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Whats New
Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Earn Smart
Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Whats New
Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Whats New
Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Whats New
10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

Earn Smart
BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

Whats New
Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Whats New
Puncak Arus Balik Libur Idul Adha 2024, KAI Layani 168.631 Penumpang

Puncak Arus Balik Libur Idul Adha 2024, KAI Layani 168.631 Penumpang

Whats New
PHK Karyawan Tokopedia Dikhawatirkan Berdampak ke UMKM, Mengapa?

PHK Karyawan Tokopedia Dikhawatirkan Berdampak ke UMKM, Mengapa?

Whats New
BRI Dukung UMKM Produk Dekorasi Rumah Tembus Pasar Internasional

BRI Dukung UMKM Produk Dekorasi Rumah Tembus Pasar Internasional

Whats New
OJK Sebut Kredit Macet Perbankan Turun Setelah Pandemi

OJK Sebut Kredit Macet Perbankan Turun Setelah Pandemi

Whats New
Harga Koin Meme Pepe Melonjak 820 Persen Sejak Awal Tahun

Harga Koin Meme Pepe Melonjak 820 Persen Sejak Awal Tahun

Earn Smart
Mengenal Layanan SEO Cryptocurrency Unggulan dari Arfadia untuk Bisnis Blockchain

Mengenal Layanan SEO Cryptocurrency Unggulan dari Arfadia untuk Bisnis Blockchain

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com