Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emiten Sawit ANJT Catat Rugi Bersih Rp 58,6 Miliar pada Kuartal I-2024, Ini Sebabnya

Kompas.com - 05/06/2024, 21:13 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) mencatatkan rugi bersih pada kuartal I-2024 sebesar 3,6 juta dollar AS atau setara dengan Rp 58,6 miliar (kurs Rp 16.286 per dollar AS).

Hal tersebut seiring dengan penyusutan pendapatan perusahaan menjadi Rp 48,9 juta dollar AS dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 51,1 juta dollar AS.

Rugi periode kuartal I-2024 ini lebih rendah dibandingkan dengan periode sama tahun 2023 sebesar 3,7 juta dollar AS atau Rp 60,2 miliar.

Baca juga: Daftar Emiten yang Bakal Bagi-bagi Dividen pada Juni 2024

Sepanjang 2023, emiten portofolio Lo Kheng Hong itu mengalami penurunan signifikan pada laba bersih menjadi 2,6 juta dollar AS dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,8 juta dollar AS. Pendapatan juga turun dari 236,5 juta dollar AS menjadi 296,1 juta dollar AS.

Direktur Keuangan ANJT Nopri Pitoy mengatakan, kinerja ANJ di tahun 2023 dan Kuartal I 2024 dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu cuaca ekstrem yang mempengaruhi produksi di beberapa perkebunan ANJT dan kondisi ekonomi serta isu geopolitik yang menyebabkan ketidakpastian di pasar global dan berdampak pada permintaan dan harga CPO serta mempengaruhi keuangan ANJ.

“El Nino yang terjadi pada pertengahan hingga akhir tahun 2023 membawa dampak yang beragam di beberapa wilayah,” kata Nopri di Jakarta, Rabu (5/6/2024).

Nopri bilang, hal ini terlihat di area operasional ANJ yang tersebar dari barat hingga timur Indonesia dimana curah hujan dengan intensitas tinggi di perkebunan Papua Barat Daya menyebabkan kondisi kelembaban tinggi yang berakibat pada meningkatnya penyakit tanaman.

“Curah hujan tinggi juga memicu banjir di area perkebunan Sumatera Utara II karena luapan sungai di sekitarnya,” lanjut dia.

Nopri menjelaskan, dampak El Nino di perkebunan Pulau Belitung adalah kekeringan yang juga terjadi di perkebunan Kalimantan Barat.

Cuaca kering menyebabkan tekanan panas (heat stress) pada kumbang yang membantu terjadinya penyerbukan, sehingga buah yang dihasilkan tidak optimal. Kondisi seperti itu disebut partenokarpi, yang mengakibatkan penurunan berat tandan dan produktivitas yang lebih rendah.

“Upaya mitigasi yang dilakukan perusahaan menunjukkan komitmen ANJT untuk beradaptasi dengan anomali iklim dan memastikan keberlanjutan bisnis dengan menjalankan sistem regenerative agriculture dalam pengelolaan perkebunan kami,” lanjut Nopri.

Direktur Utama ANJT Lucas Kurniawan mengatakan, untuk memastikan keberlanjutan bisnis perusahaan, pihaknya mengintegrasikan insisiatif ESG untuk selalu berdampingan dengan strategi bisnis.

Untuk melanjutkan program kerja sehubungan dengan strategi memitigasi dan beradaptasi terhadap perubahan iklim yang telah dijalankan ANJT sejak 2012 telah mengintegrasikan praktik ESG kedalam strategi bisnis perusahaan untuk mencapai target nol emisi karbon (net zero emissions) pada tahun 2030.

“Berkat komitmen tersebut, kami berhasil dalam mengintegrasikan aspek keberlanjutan dalam bisnis,” jelas Lucas.

Nopri menambahkan bahwa pihaknya optimis bahwa produksi CPO dalam jangka panjang akan terus meningkat, seiring dengan profil usia perkebunan yang masih berada pada usia produksi prima.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com