Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pertumbuhan Ekonomi Melambat, Penurunan Suku Bunga BI Bisa Berlanjut

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonomi Indonesia pada kuartal II 2019 masih memperlihatkan tren pertumbuhan melambat. Ini adalah dampak dari memburuknya kinerja ekspor akibat dari perang dagang antara AS dan China.

Namun, konsumsi masyarakat dan investasi masih memperlihatkan geliat pertumbuhan positif.

Kepala Riset Bahana Sekuritas Lucky Ariesandi, mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang melambat membuka peluang bagi penurunan suku bunga acuan lebih lanjut.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia tumbuh 5,05 persen pada kuartal II 2019 bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ini adalah pertumbuhan ekonomi terendah sejak 2015, dalam periode yang sama.

"Bahkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal dua lebih rendah dari pencapaian kuartal pertama yang mampu tumbuh sebesar 5,07 persen secara tahunan," kata Lucky dalam keterangannya yang diterima Kompas.com, Selasa (6/8/2019).

Lucky menuturkan, sektor konsumer masih tumbuh cukup baik meskipun ada hambatan dari faktor global. Masih kuatnya konsumsi masyarakat dinilai berasal dari pengeluaran negara untuk belanja pemilu serta adanya kenaikan gaji pokok pegawai negeri sipil (PNS), TNI dan kepolisian sebesar 5 persen sejak Januari 2019, yang pencairannya sudah dilakukan pada April lalu.

"Namun perlu dicermati, apakah konsumsi masih akan tetap kuat dengan kemungkinan harga komoditas diperkirakan masih akan mengalami tekanan pada kuartal-kuartal selanjutnya, dengan perang dagang yang masih berlanjut," ujarnya.

Adapun Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen dari sebelumnya sebesar 6 persen pada Juli 2019 untuk mendorong geliat perekonomian di tengah rendahnya perkiraan inflasi hingga akhir tahun ini.

"Babak baru kebijakan moneter longgar telah dimulai BI, setelah sejak Mei 2018, Bank Indonesia menempuh kebijakan moneter ketat untuk menjaga stabilitas nilai tukar," imbuhnya.

Ke depan, lanjut dia, BI memandang masih terbuka ruang bagi kebijakan moneter yang akomodatif sejalan dengan rendahnya perkiraan inflasi dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

Jika sebelumnya BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi berada di bawah titik tengah kisaran 5-5,4 persen, dengan masih terbukanya penurunan suku bunga lebih lanjut, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini diperkirakan bisa berada di atas 5,2 persen.

Menurut Lucky, ada beberapa sektor yang akan diuntungkan apabila tren penurunan suku buga acuan berlanjut. Salah satunya adalah sektor perbankan.

"Bahana menilai sektor perbankan khususnya bank yang memiliki current account and saving account (CASA) atau dana murah sedikit akan diuntungkan karena beban untuk biaya dana akan turun. Juga bank yang memiliki loan to deposit ratio (LDR) tinggi akan mendapat dampak positif karena bunga pinjaman masih relative tinggi," sebutnya.

Selain itu, sektor infrastruktur terkait telekomunikasi dan konstruksi juga akan mendapat keuntungan karena sektor-sektor ini memiliki utang yang cukup besar dengan adanya tren penurunan suku bunga ini, maka beban biaya pinjaman akan turun.

"Sektor properti dan otomotif yang sangat sensitif terhadap suku bunga juga akan diuntungkan karena penurunan bunga kredit akan mendongkrak penjualan properti, mobil dan motor," lanjut Lucky.

https://money.kompas.com/read/2019/08/06/144000926/pertumbuhan-ekonomi-melambat-penurunan-suku-bunga-bi-bisa-berlanjut

Terkini Lainnya

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke