Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

PG Colomadu, Simbol Kekayaan Raja Jawa-Pengusaha Pribumi era Kolonial

KARANGANYAR, KOMPAS.com - Cerobong asap menjulang tinggi di pinggir Jalan Raya Adi Sucipto, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Jika berkendara dari arah Kota Solo menuju Bandara Adi Soemarmo, bangunan megah bergaya kolonial ini tampak sangat mencolok di sisi kiri jalan.

Halaman sayap di kiri-kanannya terasa sangat lapang. Pepohonan rindang berusia ratusan tahun di depannya kerapkali dijadikan tempat berteduh bagi pengendara-pengendara yang melintas di jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten Boyolali dengan Kota Surakarta.

Bangunan besar berkelir kuning gading itu merupakan sisa kejayaan dari Pabrik Gula Colomadu atau PG Colomadu (De Tjolomadoe). Sesuai dengan angka tahun yang tertera di pintu masuknya, PG ini sudah ada sejak tahun 1861, salah satu yang tertua di Indonesia.

Manisnya komoditas gula saat zaman Hindia Belanda, khususnya pasca-era tanam paksa (cultuur stelsel) tahun 1830, membuat investasi perkebunan gula partikelir bermunculan. Manisnya komoditas gula adalah sumber kekayaan para pengusaha Eropa di Hindia Belanda. Bak jamur di musim hujan, pabrik-pabrik gula pun dibangun di sejumlah daerah, khususnya di Pulau Jawa.

Pabrik gula ini dibangun oleh KGPAA Mangkunegara IV, raja Jawa dari Praja Mengkunegaraan yang hidup di periode 1853-1881. Dia dianggap sebagai salah satu pribumi paling kaya di era Hindia Belanda.

Sebelum Mangkungera IV berkuasa, tanah lungguh milik Praja Mengkunegaran lebih banyak disewakan ke pengusaha-pengusaha Eropa untuk dijadikan perkebunan. Karena dipandang tak memberikan banyak keuntungan, dia berinisiatif memanfaatkan tanah untuk ditanami tebu dan membangun pabrik gula sendiri.

Pada abad ke-19, gula tengah jadi komoditas yang sedang naik daun. Para pengusaha paling kaya di Hindia Belanda adalah mereka yang menguasai pabrik gula dan perkebunan tebu.

Antara tahun 1859-1860, Mangkunera IV memutuskan untuk tak memperpanjang kontrak sewa tanah dengan pengusaha swasta Barat. Langkahnya diawali dengan meminta persetujuan Residen Belanda di Surakarta.

Dengan modal 400.000 gulden yang berasal dari pinjaman pengusaha Semarang Be Biaw Tjwan, sebuah pabrik gula dibangun di Desa Malangjiwan, wilayah pinggiran Kota Surakarta yang saat ini menjadi Kecamatan Colomadu yang masuk Kabupaten Karanganyar.

Pembangunan PG Colomadu (De Tjolomadoe) diserahkan pada R. Kampf, seorang Eropa berkembangsaan Jerman yang kemudian ditunjuk Mangkunegara IV sebagai administratur setelah PG Colomadu beroperasi. Peralatan dan mesin didatangkan secara bertahap dari Eropa.

Penamaan Pabrik Gula Colomadu sendiri memiliki arti gunung madu. Nama itu mengandung makna harapan agar kehadiran pabrik gula menjadi simpanan kekayaan dalam bentuk gula pasir yang menyerupai gunung. Tahun-tahun pertama produksi, penjualan gula memberikan keuntungan fantastis.

Raja jawa dan pengusaha pribumi

Dikutip dari informasi sejarah di museum PG Colomadu, hasil giling di tahun pertama atau tahun 1863 saja mencapai 3.700 kuintal gula. Pendapatan dari gula mampu menutup semua pengeluaran kerajaan, jauh melampaui penerimaan dari penyewaan tanah lungguh. 

Puncak produksinya terjadi di tahun 1936 yang menghasilkan gula hingga 219.000 kuintal. Kekayaan Mangkunegara IV meningkat pesat berkat manisnya gula. Sekaligus menjadikannya pengusaha pribumi paling kaya saat itu.

Di abad ke-19, pengusaha pribumi terbilang masih bisa dihitung dengan jari. Ketimbang mengelolanya sendiri, kebanyakan bangsawan Jawa saat itu lebih memilih menyewakan tanahnya kepada pengusaha Eropa dan keturunan etnis China.

Keuntungan pabrik gula digunakan untuk menggaji pegawai, membangun irigasi, jalan, merenovasi Pura Mangkunegaran, sekolah, membangun Taman Balekambang.

Termasuk saweran dengan perusahaan kereta api swasta Kolonian Belanda Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) untuk Stasiun Solobalapan yang jadi simbol rivalitasnya dengan Keraton Surakarta. Stasiun ini dibangun di atas lapangan yang digunakan sebagai pacuan balap kuda milik Praja Mangkunegaran.


Keuntungan yang besar, membuat Mangkunegara IV berinisiatif membangun pabrik gula baru lagi. Maka pada tahun 1871, berdirilah PG Tasikmadu yang letaknya tak jauh dari PG pertama.

Pada tahun 1942 saat Jepang masuk ke Hindia Belanda, banyak tenaga kerja dipaksa ikut romusha untuk menanam padi, tanaman jarak, dan kapas. Kebijakan pemerintah militer Jepang ini membuat pabrik gula terlantar.

Estafet kekuasaan lalu beralih ke pemerintah republik setelah Jepang angkat kaki dari Indonesia. Oleh pemerintah, Praja Mangkunegaran dihapuskan dan PG Colomadu dialihkan menjadi milik Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia (PPRI).

Tahun 1957, baik perkebunan maupun pabrik gula dikendalikan oleh Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) yang merupakan cikal bakal PTPN. Tahun 1968 atau setelah reorganisasi perusahaan-perusahaan perkebunan negara, pabrik gula ini kemudian menjadi bagian dari PTPN XVI yang berpusat di Solo.

Perkembangan Kota Solo yang semakin pesat membuat luasan perkebunan tebu terus menyusut. Sebagian Kota Surakarta saat ini, merupakan daerah dari pengembangan perkotaan di atas lahan-lahan yang dulunya digunakan sebagai area tebu Pabrik Gula Colomadu.

Lantaran kesulitan mendapatkan pasokan bahan baku tebu akibat alih fungsi lahan, produksi gula terus menyusut dari tahun ke tahun. Tahun 1996, reorganisasi kembali dilakukan pemerintah dengan memasukkan PG Colomadu masuk dalam aset PTPN IX (Persero).

Puncaknya, tahun 1997, adalah tahun terakhir masa giling tebu di pabrik gula tersebut dan secara resmi berhenti beroperasi pada tahun 1998. Selain menyusutnya bahan baku tebu, mesin yang menua dan krisis ekonomi membuat pabrik gula ini tak bisa lagi dilanjutkan.

Bangunan maupun mesin PG Colomadu akhirnya terlantar hingga kemudian direvitalisasi oleh Kementerian BUMN pada tahun 2017 saat era Menteri BUMN Rini Soemarno.

Pendayagunaan lahan eks Pabrik Gula Colomadu dikelola oleh beberapa BUMN, yaitu PT PP (Persero) Tbk, PT PP Properti Tbk, PT Taman Wisata Candi Prambanan, Borobudur, dan Ratu Boko (Persero), serta PT Jasa Marga Properti yang membentuk konsorsium bernama PT Sinergi Colomadu.

Sinergi beberapa BUMN inilah yang melakukan investasi dan revitalisasi pada eks Pabrik Gula Colomadu.

Tahap pertama revitalisasi, gedung eks PG Colomadu dengan luas bangunan 1,3 hektar di atas lahan 6,4 hektare dengan tetap mempertahankan nilai dan kekayaan historis yang ada, dimanfaatkan menjadi venue bernilai sejarah dan manfaat komersil.

Kementerian BUMN kemudian melakukan re-branding bekas Pabrik Gula Colomadu ini menjadi De Tjolomadoe. Beberapa peninggalannya sengaja dipertahankan utuh seperti stasiun gilingan, stasiun ketelan, dan stasiun penguapan.

https://money.kompas.com/read/2020/06/07/091200026/pg-colomadu-simbol-kekayaan-raja-jawa-pengusaha-pribumi-era-kolonial

Terkini Lainnya

Bayar Klaim Simpanan 10 BPR Bangkrut, LPS Kucurkan Rp 237 Miliar per April 2024

Bayar Klaim Simpanan 10 BPR Bangkrut, LPS Kucurkan Rp 237 Miliar per April 2024

Whats New
[POPULER MONEY] Mendag Zulhas: Warung Madura Boleh Buka 24 Jam | KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai, Imbas Boikot

[POPULER MONEY] Mendag Zulhas: Warung Madura Boleh Buka 24 Jam | KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai, Imbas Boikot

Whats New
Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Spend Smart
Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Spend Smart
Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke