Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Beberapa Saham Auto Reject Bawah tetapi Tidak Disuspensi, Begini Penjelasan BEI

JAKARTA, KOMPAS.com – Belakangan ini beberapa saham mengalami penurunan mendekati 7 persen, atau dengan kata lain masuk dalam batas Auto Reject Bawah (ARB).

Namun demikian, Bursa Efek Indonesia (BEI) belum melakukan suspensi atas saham-saham tersebut, bahkan belum dinilai masuk kategori (Unusial Market Activity).

Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI Kristian S. Manullang mengatakan, bursa tetap memantau pergerakan indeks yang dinilai tidak wajar yang terjadi dalam perdagangan melalui metode smart bursa.

“Semua hal tersebut dipantau. Tujuan dari pemantauan ini untuk melihat adakah ketidakwajaran dari transaksi yang terjadi di pasar,” jelas Kristian kepada wartawan, Kamis (28/1/2021).

Kristian mengatakan, terdapat aturan bursa terkait dengan suspensi oleh divisi pengawasan BEI dalam rangka melakukan pengawasan perdagangan efek yang tertuang dalam Peraturan Perdagangan No II A.

Dalam aturan tersebut, dikatakan bursa akan melakukan pemantauan terhadap informasi atas setiap efek yang berkaitan dengan fluktuasi harga dan volume, frekuensi, order/pesanan, transaks, pola transaksi, informasi penyelesaian transaksi, dan informasi lain yang penting dan relevan.

Beleid tersebut juga mengatur terkait dengan penghentian sementara pelaksanaan perdagangan atas suatu efek tertentu di bursa apabila terjadi pergerakan harga yang tidak wajar atas efek tersebut.

“Tentunya kombinasi, tapi tidak seluruhnya harus terpenuhi maka bisa diindikasikan ketidakwajaran sehingga dilakukan suspensi,” jelas Kristian.

Sebagai contoh, pada awal tahun ini, saham farmasi Kimia Farma (KAEF) dan Indofarma (INAF) yang mengalami ARB selama berhari-hari, tetapi tidak masuk dalam kategori UMA.

Berbeda dengan saham Bank Rakyat Indonesia Agroniaga (AGRO) yang masuk dalam kategori UMA tahun lalu, setelah ARA (Auto Reject Atas).

Saat ini, AGRO masuk ARB karena penurunan harga sahamnya menyentuh 7 persen.

Kristian menjelaskan, pengawasan bursa tidak bergantung pada ARB dan ARA untuk kenaikan harga saham antara 20 hingga 25 persen.

“Tindakan pengawasan bursa tidak bergantung kepada ARB atau ARA ya. Tapi bursa melihat dari hal-hal yang saja jelaskan (Peraturan Perdagangan No II A). Setiap aktivitas transaksi dari semua saham dipantau secara otomatis melalui sistem SMART bursa,” tegas dia.

Kristian menambahkan, sebelumnya saham KAEF sudah pernah masuk dalam UMA karena terjadi peningkatan harga dan aktivitas di luar kebiasaan tahun lalu.

Selain itu, KAEF juga sempat mengalami suspensi, sehubungan dengan terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan dalam rangka cooling down, pada perdagangan tanggal 7 Agustus 2020.

“Saham KAEF sudah pernah kita UMA dan pernah disuspen cooling down. (Indikatornya volume dan harga), salah satunya, atau satu kesatuan,” tambah dia.

Disclaimer: Artikel ini dibuat dengan tujuan bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

https://money.kompas.com/read/2021/01/28/122707726/beberapa-saham-auto-reject-bawah-tetapi-tidak-disuspensi-begini-penjelasan-bei

Terkini Lainnya

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Whats New
Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Whats New
Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Whats New
Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Smartpreneur
TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

Whats New
Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Whats New
J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

Whats New
Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Whats New
Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke