Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Yanti Lidiati dan Ketulusannya Melatih Anak Punk

Senyuman Yanti bukan tanpa alasan. Sebab anak-anak muda di sekelilingnya merupakan anak punk yang sudah ia bina. Kini anak punk binaan Yanti mencapai 25 orang.

Tak hanya anak punk, Yanti juga melatih banyak ibu-ibu di kampung halamannya agar mendapatkan penghasilan. Semua itu bermula pada 2011 silam.

Lepas Jabatan Kepala HRD

Keputusan besar diambil Yanti yang memilih melepas jabatan Kepala Human Resource Development (HRD) di salah satu perusahaan farmasi di Jakarta pada 2011.

Hal itu ia lalukan lantaran harus merawat ibunya, Tjitjih Rukarsih yang sakit di Desa Lampegan, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung.

Di sela-sela merawat sang ibu, Yanti memperhatikan sejumlah ibu-ibu yang tidak banyak beraktivitas di lingkungan kampung halamannya, dan cenderung ngobrol ngalor-ngidul alias ngerumpi.

Yanti lantas mengajak ibu-ibu itu belajar menjahit agar bisa mendapatkan penghasilan. Sayangnya, sebagian besar dari mereka menolak gagasan Yanti karena tidak punya kepercayaan diri dan tidak yakin produk yang dihasilkan bisa laku terjual.

Kendati banyak dapat penolakan, Yanti tak mau menyerah. Pada 2016, ia membentuk kelompok bernama Wanita Mandiri yang beranggotakan tujuh orang.

Pelan-pelan, ia mulai membimbing para ibu-ibu untuk memulai usaha menjahit. Mereka mulai fokus membuat pakaian tipe blazer dengan bahan sarung premium. Produknya pun diberi merek It’s Blazer Ibun.

"Desainnya saya yang buat, ibu-ibu itu yang mengerjakan," kata Yanti seperti dikutip dari siaran pers Pertamina, Sabtu (18/9/2021).

Seiring berjalannya waktu, usaha Yanti dan ibu-ibu yang dibimbingnya mulai membuahkan hasil. Ibu-ibu yang dulu gemar merumpi, kini memiliki penghasilan dari usaha tersebut.

Kesuksesan itu membuat Wanita Mandiri semakin populer. Kini anggotanya sudah bertambah menjadi 50 orang. 

Syarat yang harus dipenuhi para calon anggota yaitu para perempuan harus mau menempuh pendidikan paket B dan C atau setara SMP dan SMA. Persyaratan itu muncul karena mayoritas ibu-ibu yang tinggal di Desa Lampegan hanya berpendidikan Sekolah Dasar (SD).

"Kalau mereka bersedia ambil paket B atau C, saya berjanji mendampingi wirausahanya," ucap Yanti.

Aktivitas Wanita Mandiri menarik perhatian PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang. Perusahaan itu lantas memberikan bantuan berupa mesin jahit.

Dengan begitu, produktivitas ibu-ibu kian meningkat. Selama hampir 5 tahun berdiri, Wanita Mandiri telah mengikuti sekitar 30 pameran, baik nasional maupun internasional.

Belakangan, Wanita Mandiri memperluas bidang usahanya di sektor kuliner dan kerajinan tangan.

Latih Anak Punk

Di sisi lain, Yanti juga perlahan mulai mengajak anak-anak punk yang kerap nongkrong di Alun-alun Majalaya. Ajakannya tersebut ditangkap seorang anak punk bernama Ayu yang datang ke rumah Yanti dan minta diajarkan menjahit.

“Saya sangat terharu. Mereka punya harapan dan masa depan,” kata Yanti.

Kini anak punk yang dibina Yanti bertambah hingga 25 orang dan lebih dari separuhnya terbilang aktif. Mereka pun kerap berkumpul di gazebo yang dibangun atas bantuan PGE.

Yanti mempunyai program khusus membina anak punk yaitu Wani Robah. Setelah dibina kata Yanti, anak-anak punk yang kerap diidentikkan dengan anak nakal dan sulit diatur kini mulai rajin beribadah.

Awalnya, mereka enggan masuk masjid karena sebagian tubuh mereka dipenuhi tato. “Saya ingatkan mereka, tetaplah beribadah karena Tuhan akan melihat semua niat baik mereka,” ucapnya.

Corporate Secretary PGE, Muhammad Baron mengatakan, pihaknya berupaya mengembangkan kapasitas kelompok yang dibina oleh Yanti.

"Caranya dengan mengadakan pelatihan pengelolaan kewirausahaan, pelatihan marketing, peningkatan kapasitas, dan mendukung promosi produk Wanita Mandiri dengan mengadakan pameran," kata Baron

PGE Area Kamojang juga mendukung kegiatan kejar paket A, B, dan C yang diadakan oleh Yayasan Pendidikan An Nur yang didirikan oleh Tjitjih (Ibunya Yanti) pada 2004. PGE bahkan ikut mendirikan bangunan sekolah untuk membantu mengurangi buta huruf, gaul dengan anak punk dan merangkul Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Sejak tahun 2016, PGE mengembangkan program Sehati Terapi Eduplay untuk anak berkebutuhan khusus di kecamatan Ibun. Sebagai bentuk pengembangan program, PGE bersinergi dengan Yanti sebagai motivator sekaligus pendamping parenting bagi para orang tua yang memiliki ABK.

https://money.kompas.com/read/2021/09/18/092305326/kisah-yanti-lidiati-dan-ketulusannya-melatih-anak-punk

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke