Hal itu dikarenakan para pelaku pasar melakukan aksi ambil untung saat harga emas sudah naik tinggi, sembari menunggu perkembangan lebih lanjut dari kondisi geopolitik Ukraina dan Rusia.
Harga emas di pasar spot sempat terpantau mencapai level 1.913,89 dollar AS per troy ounce, tertinggi sejak 1 Juni 2020. Namun, nilai itu kembali menyusut menjadi mendekati level 1.900 dollar AS per troy ounce.
Dilansir dari CNBC, Rabu (23/2/2022), harga emas di pasar spot ditutup turun 0,2 persen ke level 1.902,71 dollar AS per troy ounce. Namun, emas berjangka Comex untuk kontrak April 2022 naik 0,4 persen ke level 1.907 dollar AS per troy ounce.
Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, Eropa, diketahui akan mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia setelah Presiden Vladimir Putin mengakui kemerdekaan dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina timur.
Dekrit yang ditandatangani Putin membuat wilayah Luhansk dan Donetsk memproklamasikan diri sebagai Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Lugansk. Bahkan, Rusia bersiap mengirimkan sejumlah pasukan militernya ke wilayah tersebut.
“Tidak mengherankan melihat emas mendapat dukungan yang baik di kondisi saat ini, mengingat seperti inilah aset safe-haven bekerja," ujar Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, David Meger.
Meski demikian, pergerakan harga emas masih dibayangi rencana kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) pada Maret 2022.
Emas memang dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan risiko politik. Namun, kenaikan suku bunga acuan The Fed cenderung meredupkan daya tarik emas yang tidak memberikan bunga atau imbal hasil seperti instrumen investasi lainnya.
https://money.kompas.com/read/2022/02/23/095435026/tren-kenaikan-emas-dunia-terhenti-investor-tunggu-perkembangan-geopolitik