Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ada Fenomena "Lonely Economy", Chairul Tanjung Yakin Bank Masa Depan adalah Bank Digital

Rahasia itu ia sebut lonely economy. Lonely economy mengacu pada perubahan perilaku masyarakat akibat fenomena demografi.

Dimana masyarakat cenderung menunda pernikahan, bahkan tidak menghendaki pernikahan, seperti yang saat ini sudah terjadi di negara-negara maju.

"Saya ambil contoh gampang, di Jepang itu terjadi satu fenomena dimana penduduknya bukan bertambah, malah berkurang setiap tahunnya," ungkap Chairul dalam rilis yang diterima Kompas.com, Senin (13/6/2022).

"Fenomena ini terjadi akibat keinginan menunda pernikahan atau perkawinan atau sama sekali tidak menikah atau kawin. Kalaupun mereka menikah atau kawin mereka memutuskan untuk tidak memiliki anak," tambah dia.

Ada beragam alasan mereka menunda pernikahan. Didasari alasan biaya hidup yang tinggi, pendidikan yang mahal, dan membuat kehidupan mereka terganggu.

Lonely economy jadi tren masa depan 

Akibatnya, terjadi perubahan perilaku dalam kehidupan mereka.

"Saat mereka dewasa, menikah, bekerja, punya penghasilan, tidak punya istri atau suami, mereka tinggal di rumah yang tidak rumah, mungkin apartemen tipe studio. Dia tidak masak dan tidak perlu belanja ke pasar. Semua kebutuhan dia peroleh dengan pola daring. Jadi, tren ke depan, kehidupan orang itu dikelola oleh handphone," bebernya.

Karena itu, ke depan, seluruh transaksi terkait kebutuhan hidup pun bakal dilakukan melalui digital bank.

Bahkan, Chairul menyebut, the future bank adalah bank yang mampu mengelola kehidupan orang, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi.

"The future bank adalah bank yang mampu mengelola hidupnya orang karena semua infrastruktur orang memerlukan transaksi. Enggak ada yang enggak memerlukan transaksi, ini juga berkaitan dengan the lonely economy tadi," beber dia.

"Siapa beli masa depan dengan harga sekarang, dia lah pemenang..."

Chairul yakin, fenomena lonely economy ini akan menjadi fenomena dunia. Hal ini akan menyebabkan perubahan perilaku manusia yang ujungnya menjadi peluang bisnis masa depan.

"Ini the opportunity of the bussines. Siapa bisa membeli masa depan dengan harga sekarang dia lah yang akan menjadi pemenang," tegasnya.


Pentingnya kolaborasi

Chairul juga berbicara tentang pentingnya kolaborasi dan inklusivitas dalam membangun bisnis. Menurutnya, kolaborasi dan inklusivitas menjadi kunci sukses bisnis saat ini dan masa depan.

"Saya penganut paham superhero-nya Marvel. Dulu ada spiderman, iron man, menang dia sendirian. Tapi, sekarang enemy become stronger, tambah kuat, namanya Thanos, makanya perlu Avengers," sebut Chairul.

Oleh karenanya, Chairul kembali menegaskan bahwa kolaborasi saat ini menjadi sangat penting. Selain itu, setiap pebisnis harus menghindari ekslusivitas.

"What is the key word? keyword is first colaboration and second inclusive. Dua kata kunci ini sangat penting, jadilah The Avengers, tidak menjadi Iron Man atau Spiderman lagi," tutur dia di acara Indonesian Young Leaders Forum yang digelar Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).

Jadikan Jokowi sebagai inspirasi...

Sementara itu, Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) HIPMI, Mardani H Maming menyerukan, agar para pengusaha berkolaborasi dan berkontribusi pada bangsa.

"Saya menyerukan agar kita terus berkontribusi untuk bangsa di berbagai lini. Jadikan Presiden Jokowi sebagai inspirasi kita karena beliau-lah kita sekarang berani bermimpi menjadi pemimpin bagi bangsa ini," tegas Maming.

Maming pun yakin, kader HIPMI akan menjadi barometer pada tahun politik 2024 mendatang sebagai kader-kader yang telah dipersiapkan menjadi pemimpin-pemimpin masa depan.

"Jemput mimpimu di masa muda. Salam Pengusaha Pejuang, Pejuang Pengusaha," pungkasnya di acara HUT HIPMI ke-50 tahun tersebut.

https://money.kompas.com/read/2022/06/13/200100126/ada-fenomena-lonely-economy-chairul-tanjung-yakin-bank-masa-depan-adalah-bank

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke