Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dari Buka Warung Bermodal Rp 500.000, Perempuan Ini Bisa Kuliahkan Anak hingga Rambah Bisnis Kosan

Sebagai pedagang kecil, Nonoy Yuhanah (58 tahun) merasakan penurunan penjualan selama pandemi. Akan tetapi, ia optimistis dapat berangsur pulih, bahkan mengembangkan bisnisnya lebih jauh lagi.

Nonoy merupakan salah satu pemilik toko kelontong di daerah Margahayu, Kota Bandung yang juga anggota Sampoerna Retail Community (SRC).

Menurut dia, UMKM butuh solusi seperti dukungan pemerintah hingga bantuan modal.

Untungnya karena ia bergabung menjadi anggota Sampoerna Retail Community (SRC) lewat program pengembangan UMKM toko kelontong yang dijalankan PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) sejak 2008 silam, usahanya kembali pulih.

Ia telah merasakan manfaat dari pembinaan hingga dukungan digitalisasi dari pihak swasta terhadap usaha yang ia geluti.

Perempuan asal Garut ini menceritakan awal mula bergabung SRC. Pada 1995, ia keluar dari pekerjaannya sebagai tenaga administrasi di perusahaan tekstil karena kesulitan membagi waktu antara pekerjaan dengan mengurus anak.

Untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga, ia mendirikan warung di rumah dengan modal Rp 500.000.

Kemudian di tahun 2013, ia bertemu dengan karyawan penjualan Sampoerna. Saat itu Nonoy diajak gabung SRC, namun awalnya tidak tertarik, karena tidak ingin warungnya dicat. Meski menolak, ia tetap mengikuti berbagai kegiatan SRC.

Hingga pada 2016, ia akhirnya gabung dengan SRC. Nonoy pun mengaku mendapatkan banyak manfaat.

Misalnya, mendapatkan bimbingan, termasuk bagaimana menata toko demi kenyamanan konsumen. Tokonya menjadi terang dan nyaman sebagai tempat belanja, tidak lagi seperti dulu. Ia pun menerima tawaran kerja sama dari berbagai produk.

Termasuk menjadi agen perbankan hingga membantu penyaluran bantuan sosial (bansos).

Setelah gabung dengan SRC, omzetnya melonjak. Dari sebelumnya Rp 500.000 setiap harinya, kini menjadi Rp 3 jutaan per hari. Ia pun berhasil merenovasi rumahnya menjadi lebih modern, menyesuaikan dengan desain tokonya.

Nonoy pun berhasil melebarkan usaha ke kos-kosan. Hingga kini ia memiliki rumah kos, dan sedang berencana memperluasnya.

Hal yang membuat bahagia adalah, orang-orang Sampoerna sangat sabar mengajari ibu-ibu yang tidak mengerti dunia digital seperti dirinya.

Ia kini memiliki kemampuan literasi digital yang difasilitasi melalui fasilitas aplikasi AYO SRC yang dikembangkan khusus untuk toko kelontong, baik anggota maupun yang belum bergabung.

Dia menyebutkan, fiturnya beragam, antara lain dapat memesan stok barang dari grosir, membeli produk digital seperti membayar tagihan, bantuan untuk sistem kasir digital, hingga informasi mengenai pesan antar yang dapat dilakukan oleh toko untuk memberi kenyamanan ekstra bagi pelanggan.

Menurut Nonoy, Sampoerna dengan telaten mengajarkan cara penggunaan aplikasi, misalnya apa itu pojok bayar, bagaimana cara menjual pulsa, dan lainnya.

“Sehingga saya bisa mengikuti zaman digital seperti sekarang,” ujar Nonoy dalam keterangan tertulis dikutip Kompas.com, Senin (20/6/2022).

SRC, bagi Nonoy tak sekadar komunitas untuk pengembangan tokonya. Di sini, Nonoy menemukan banyak sahabat baru yang lama kelamaan menjadi keluarga.

Di seluruh Indonesia, anggota SRC sudah mencapai lebih dari 160.000 toko kelontong dan sekitar 21.000 di antaranya berlokasi di Jawa Barat.

Dari jumlah ini, separuhnya dimiliki atau dikelola oleh perempuan. Dalam komunitas yang isinya banyak ibu-ibu tersebut, mereka kerap saling menguatkan dan berbagi. Contohnya bagaimana mengelola keuangan.

Ia selalu bilang kepada anggota komunitas perempuan, pedagang itu tidak memiliki dana pensiun, tetapi mendapatkan uang setiap hari.

Oleh sebab itu, dia mengajarkan mereka agar membagi uang tersebut ke dalam beberapa pos, seperti tabungan anak, listrik, dan kebutuhan lainnya.

“Saya selalu berpesan, anak-anak harus dikuliahkan. Walaupun orangtuanya pedagang, anak-anak harus kuliah. Walaupun nabung Rp 1.000 per hari, tetap harus nabung untuk sekolah anak,” ucap dia.

Berkat kerja keras dan bantuan SRC, kelima anaknya berhasil mengenyam pendidikan tinggi.

Bahkan anak tertuanya menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung.

Ia sangat merasakan hasil nyata dari peran swasta dalam memberdayakan UMKM termasuk memberi pemahaman terkait literasi digital, dalam hal ini Sampoerna lewat SRC.

“Bukan hanya kita sebagai perempuan yang berdaya dalam mengembangkan usaha. Tapi kita juga harus mampu menyekolahkan anak-anak,” tutur dia.

https://money.kompas.com/read/2022/06/20/091000226/dari-buka-warung-bermodal-rp-500.000-perempuan-ini-bisa-kuliahkan-anak-hingga

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke