Bendahara negara ini menuturkan, realisasi belanja program PEN hanya 24,9 persen dari pagu anggaran Rp 455,62 triliun hingga 17 Juni 2022.
"(Realisasi) PC PEN masih sangat lambat, (dari) Rp 455,6 triliun yang terealisir baru Rp 113,5 triliun sampai 17 Juni. Artinya baru 24,9 persen," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis (23/6/2022).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menuturkan, realisasi belanja program PEN bahkan lebih rendah dari rata-rata realisasi belanja pemerintah pusat dan kementerian/lembaga, yang mencapai 33 persen.
Secara rinci, belanja pada klaster penanganan kesehatan baru Rp 26,7 triliun atau 22,5 persen dari anggaran yang tersedia Rp 122,54 triliun. Realisasi utamanya untuk pembayaran klaim pasien dan insentif tenaga medis serta insentif perpajakan vaksin dan alat kesehatan.
"(Belanja di klaster) kesehatan hanya 22,5 persen atau Rp 27,6 triliun dari Rp 122,5 triliun," ucap Sri Mulyani.
Sementara itu, perlindungan masyarakat terealisasi cukup besar, yakni Rp 57 triliun atau 36,9 persen dari pagu Rp 154,76 triliun. Belanja pada klaster ini diarahkan untuk PKH, Kartu Sembako, BLT Minyak Goreng, BLT Desa, bantuan tunai untuk PKL, warung dan nelayan, serta Kartu Prakerja.
Lalu, belanja pada klaster penguatan pemulihan ekonomi mencapai Rp 28,8 triliun atau 16,2 persen dari pagu Rp 178,32 triliun.
"(Belanja klaster) pemulihan ekonomi masih sangat kecil, yaitu Rp 28,8 triliun atau hanya 16,2 persen. Ini menggambarkan bahwa sisi belanja masih belum perform dari PC PEN daerah maupun belanja K/L seperti yang tadi saya sampaikan," jelas Sri Mulyani.
https://money.kompas.com/read/2022/06/24/072000926/sri-mulyani-keluhkan-belanja-program-pen-sangat-lambat-baru-24-9-persen-dari