Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

LRT dan Kemajuan Teknologi Transportasi Indonesia

Bu Menteri deg-degan karena kereta ini berjalan tanpa masinis alias otomatis dijalankan oleh komputer. Memang wajar kalau Bu Sri deg-degan, begitupun kita akan merasakan hal yang sama.

Selama ini, selama berpuluh-puluh tahun lalu, kita mengenal sarana transportasi seperti kereta, mobil, pesawat, kapal, bus selalu mempunyai sopir, pilot, nahkoda atau masinis yang menjalankannya dan ikut serta di dalamnya.

Tentu akan was-was kalau melihat tidak ada sopir yang “mengendalikan” mobil kita.

Namun inilah memang keniscayaan yang terjadi. Kemajuan teknologi telah mengubah banyak hal di kehidupan manusia, termasuk di sarana dan prasarana transportasi baik darat, laut maupun udara.

Pada LRT Jabodebek juga telah menggunakan teknologi maju, yaitu sistem kendali kereta berbasis komunikasi atau Communication Base Train Control (CBTC) dengan Grade of Automation (GoA) tingkat 3, sehingga kereta bisa melaju tanpa masinis.

Walau demikian, kereta tetap diawasi oleh petugas di pusat kendali operasi atau Operation Control Center (OCC).

Selain itu, di setiap kereta juga masih ada seorang train attendant yang bertugas mengambil alih kereta secara manual, apabila terjadi gangguan operasional.

Train Attendant akan mengemudikan kereta dengan kecepatan terbatas dan membuka-tutup pintu-pintunya untuk penumpang keluar.

Teknologi sejenis CBTC sebenarnya juga sudah diuji coba untuk transportasi lain seperti mobil dan pesawat.

Di media sosial sudah banyak ditampilkan mobil-mobil tanpa sopir serta pesawat, baik sayap tetap maupun helikopter yang diterbangkan tanpa pilot di dalamnya atau yang biasa dikenal dengan drone. Pesawat dan helikopter drone juga sudah pernah diuji coba di Indonesia.

Selain dalam operasional pesawat, teknologi sebenarnya juga sudah dipakai pada sarana pendukung dalam transportasi, hanya saja kita tidak begitu menyadarinya.

Misalnya digunakan oleh maskapai untuk reservasi tiket sampai proses check-in online. Selain itu, di stasiun kereta, bandara dan pelabuhan di Indonesia juga sudah dikembangkan teknologi biometrik untuk sistem face recognition, yaitu pengenalan wajah penumpang atau orang-orang yang lalu lalang keluar masuk daerah tertentu.

Pengenalan wajah ini bisa mempersingkat waktu check-in. Di sisi lain, bisa mencegah orang-orang yang diidentifikasi sebagai pelaku kejahatan untuk masuk.

Tantangan masa depan

Teknologi termasuk yang paling canggih saat ini, yaitu artificial intelligent, merupakan salah satu tantangan bagi dunia transportasi masa depan, selain tantangan terkait penggunaan bahan bakar ramah lingkungan seperti biofuel dan listrik.

Saat ini baru kereta LRT Jabodebek yang berjalan otomatis tanpa masinis, siapa tahu sistem ini dalam waktu dekat juga akan digunakan untuk transportasi udara seperti pesawat atau helikopter.

Sebagai sesuatu yang baru, tentunya akan banyak tanggapan, baik positif maupun negatif di masyarakat. Untuk itu pengenalan teknologi transportasi harus dilakukan dengan baik sehingga memuluskan penggunaannya di masyarakat.

Beberapa hal yang patut dicermati terkait tantangan penggunaan teknologi masa depan di antaranya membuat peraturan-peraturan serta sosialisasi yang baik dan terus menerus.

Peraturan yang dimaksud mulai di tingkat standart operating procedure (SOP) dari perusahaan transportasi hingga peraturan-peraturan yang dibuat oleh operator.

Gunanya untuk menghindari kesalahan penggunaan, menjaga keselamatan, keamanan dan kenyamanan bersama, serta kepastian hukum untuk memperlancar operasional transportasi.

Selain itu, yang perlu dilakukan adalah melakukan sosialisasi secara terus-menerus, baik di internal maupun eksternal stakeholder transportasi.

Sosialisasi diperlukan agar pemahaman terhadap teknologi baru tersebut semakin meningkat dan menghindari kekacauan akibat kesalahan-kesalahan kecil yang tidak perlu dan seharusnya bisa dihindari, namun mempunyai dampak besar.

Patut bangga

Masyarakat Indonesia seharusnya patut bangga dengan kemajuan teknologi yang sudah diterapkan di sarana dan prasarana transportasi Indonesia tersebut.

Apalagi jika ternyata teknologi tersebut merupakan pengembangan dari teknolog-teknolog anak bangsa.

Seperti sistem CBTC GoA 3 LRT Jabodebek, menurut PT Kereta Api Indonesia (KAI) merupakan sistem karya anak bangsa, hasil kolaborasi antara KAI, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Len Industri (Persero), dan PT INKA (Persero).

Kita juga sudah seharusnya mendukung mereka, para teknolog tersebut untuk terus-menerus berusaha mengembangkan teknologi di bidang transportasi darat, laut, maupun udara.

Seperti dikatakan Presiden Joko Widodo bahwa sistem LRT Jabodebek karya anak bangsa ini baru pertama kali dipakai, sehingga wajar kalau ada kesalahan.

Namun demikian, Presiden meminta setiap kesalahan harus cepat diperbaiki dan dievaluasi sehingga tercapai keselamatan, keamanan, dan kenyamanan penumpang. Siapa tahu nanti teknologi-teknologi ini juga bisa kita ekspor sehingga menambah devisa bagi negara.

Teknologi memang sudah terbukti mempunyai beberapa keunggulan, seperti efektifitas dan efisiensi operasional serta mempunyai presisi dengan meminimalkan kesalahan manusia (human error) sehingga keselamatan dan keamanan penumpang juga meningkat. Dengan demikian, kita wajib mendukung pengembangannya.

https://money.kompas.com/read/2023/08/29/145540126/lrt-dan-kemajuan-teknologi-transportasi-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke