Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Petani Kopi Sistem Pagar di Lampung, Panen Meningkat 3 Kali Lipat

Supriyono (48) kini bisa tersenyum puas setiap kali panen kopi arabika di kebunnya yang hanya seluas seperempat hektar itu.

Hasil panen kebun kecil itu bisa menyamai panen kopi seluas 1 hektar yang ditanam secara tradisional.

"Saya pakai sistem pagar nanam kopi arabika. Luas kebun cuma seperempat hektare, tapi hasil panen bisa banyak," kata Supriyono saat dihubungi, Sabtu (21/10/2023).

Warga Desa Sekincau, Lampung Barat ini mulai menggunakan sistem "pagar" sejak 2019 lalu.

Sistem "pagar" ini adalah metode penanaman pohon kopi secara berjajar dan rapat, sehingga bentuknya seperti pagar.

Sebelum menggunakan sistem pagar ini, dari kebun seluas seperempat hektar itu dia hanya bisa mendapatkan panen sekitar 500 - 700 kilogram per tahun.

"Sekarang bisa sampai 2 ton per tahun," kata Supriyono.

Dihubungi secara terpisah, Kepala Dinas Perkebunan Lampung Yuliastuti mengatakan sistem pagar ini memanfaatkan ruang seefesien mungkin.

"Jarak antartanaman sekitar 1 meter tiap baris," katanya.

Yuli, sapaan akrabnya, menjabarkan dalam satu baris bisa menanam pohon kopi dengan selang 1 meter antar pohon. Sedangkan jarak setiap baris adalah 2,5 meter.

"Model sistem penanaman kopi berupa sistem pagar ini, dalam satu hektar jumlah populasi tanaman sebanyak 4.000 batang. Dengan target produksi 4 ton pertahun," katanya.

Dengan sistem pagar ini produktivitas petani makin meningkat yang tentu berpengaruh langsung dengan pendapatan petani.

"Kami berharap, penerapan sistem pagar dapat meningkatkan produktivitas kopi Lampung dan kesejahteraan petani kopi Lampung," katanya.

https://money.kompas.com/read/2023/10/21/083300626/cerita-petani-kopi-sistem-pagar-di-lampung-panen-meningkat-3-kali-lipat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke