Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Saham Rp 850 untuk Siapa

Kompas.com - 28/10/2010, 02:54 WIB

Saat ini konsumsi baja Indonesia hanya 29 kilogram per kapita. Jauh dibandingkan dengan Singapura sebesar 515 kg per kapita. Kebutuhan itu akan terus meningkat menyusul percepatan pembangunan infrastruktur dan peningkatan konsumsi baja berbagai industri.

Jika tahun 2009 permintaan baja nasional hanya 6,5 juta ton, tahun 2014 diperkirakan 12 juta ton. Sebagai pemimpin pasar, KS mengantisipasi lonjakan permintaan itu dengan meningkatkan produksi dari 2,75 juta ton saat ini menjadi 4,25 juta ton tahun 2014.

Kepala Riset Bhakti Securities Edwin Sebayang memperkirakan, tahun 2011 laba KS bisa Rp 3,99 triliun atau tumbuh 95 persen dari proyeksi laba bersih tahun 2010 sebesar Rp 2 triliun. Jika perkiraan itu tepat, target harga saham KS tahun 2011 bisa Rp 2.850 atau naik 235 persen dari harga perdananya.

Berdasarkan berbagai data di atas, memang menjadi tanda tanya mengapa pemerintah menetapkan harga perdana KS hanya Rp 850 per saham.

Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengatakan, harga saham KS tidak dipatok terlalu tinggi agar dalam jangka panjang menggairahkan perdagangan saham KS di pasar sekunder.

Sebelumnya, Komisaris Utama KS Zacky Anwar kepada sejumlah media mengindikasikan harga saham KS akan ditetapkan di harga premium karena tingginya permintaan.

Jelas pihak internal KS kecewa dengan penetapan harga rendah. Entah mengapa, Kementerian BUMN mau menetapkan harga perdana Rp 850.

Politisi

Yanuar Rizky menyinyalir, penetapan harga Rp 850 untuk mengakomodasi kepentingan sejumlah pihak di dalam negeri, terutama dari kalangan pejabat dan politisi. Dugaan ini karena dari keterangan manajemen KS sebelumnya, mayoritas investor domestik memberikan harga penawaran Rp 1.000.

Namun, pendapat lain mengatakan, harga perdana KS Rp 850 per saham ini sebenarnya tidak murah. Harga itu 20 persen lebih tinggi daripada harga saham Pohang Steel and Iron Corporation (Posco) dari Korea Selatan dan Tata Steel asal India yang masing-masing merupakan produsen baja terbesar keempat dan kedelapan di dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com