Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Fajar Marta

Wartawan, Editor, Kolumnis 

Taksi...!

Kompas.com - 27/03/2016, 08:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Padahal, jika dilihat, pendapatan perusahaan taksi konvensional pada 2015 masih tumbuh meskipun melambat.

Melambatnya pertumbuhan itu pun lebih disebabkan oleh lesunya perekonomian yang juga melanda seluruh sektor industri di Tanah Air.

Blue Bird misalnya, pada triwulan III 2015 meraup pendapatan sebesar Rp 4,03 triliun, meningkat  17,22 persen dibandingkan periode sama tahun 2014 yang sebesar Rp 3,44 triliun.

Sementara, laba bersih triwulan III 2015 tercatat Rp 629,16 miliar, naik 16,37 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 540,64 miliar.

(Baca : Tingkatkan Pendapatan, Blue Bird Tambah Wilayah Operasional)

Namun memang, pertumbuhan pendapatan tersebut lebih didorong oleh penambahan armada taksi.

Artinya, dilihat dari keuangan perusahaan, pendapatan taksi konvensional meningkat. Namun, dilihat dari nominal komisi yang diterima pengemudi, belum tentu ada peningkatan.

Upah yang diterima sopir taksi konvensional bisa jadi stagnan selama 2015 sementara biaya hidup terus meningkat akibat inflasi. Dampaknya kualitas hidup dan daya beli keluarga sopir taksi konvensional menurun.

Jadi, susahnya sopir taksi konvensional bukan hanya disebabkan oleh munculnya kompetitor taksi online, tetapi lebih karena kompetitor internal mengingat jumlah taksi Blue Bird yang semakin banyak.

Lagipula, dari segi pangsa pasar, kue yang dinikmati taksi online masih terlampau kecil dibandingkan taksi konvensional.

Seharusnya, di masa ekonomi lesu seperti saat ini, perusahaan taksi konvensional tidak terus menambah jumlah armadanya. Dengan demikian, sopir-sopir bisa mendapatkan penumpang lebih banyak atau sekurangnya sama dengan tahun-tahun sebelumnya.

Berbagai kemungkinan

Menyusul demo dan kisruh taksi konvensional menolak taksi online pekan lalu, pemerintah kini mewajibkan taksi online memiliki izin sebagai angkutan umum.

Para pemilik mobil taksi online juga diharuskan membentuk wadah yakni koperasi, yang akan mengelola operasional taksi online.

Dengan demikian, taksi online diarahkan untuk memiliki struktur yang mirip dengan taksi konvensional.

Sharing economy versus owning economy yang sebelumnya terjadi, akan berubah menjadi koperasi versus korporasi.

Biaya-biaya yang dulu bisa dipangkas oleh taksi online seperti biaya kantor, gaji pengelola kantor, pajak penghasilan, biaya KIR, asuransi, sewa/beli lahan pool, nantinya akan bermunculan.

Dampaknya, tarif taksi akan naik dan tidak lagi semurah sekarang.Kalaupun ada perbedaan tarif, angkanya tidak lagi signifikan.

Lalu, apa yang akan terjadi?

Ya tentu akan terjadi persaingan yang ketat sebab sharing economy sudah dihilangkan menjadi koperasi.

Apalagi, perusahaan taksi konvesional juga akan berbenah dari sisi kemudahan dan kenyamanan pemesanan melalui aplikasi. Mungkin pula, mereka akan menghapus sistem argo dan menggantinya dengan tarif pasti di depan seperti taksi online.

Bisa juga, perusahaan taksi konvensional menjual taksi-taksinya kepada para pengemudi mereka sehingga tidak dibutuhkan lagi lahan untuk pool.

Intinya, jurang perbedaan antara taksi konvensional dan taksi online yang sangat besar saat ini, ke depan, akan mengecil sehingga tidak ada lagi dikotomi taksi konvensional dan taksi online.

Sharing economy mungkin dapat dimatikan saat ini, namun percayalah, dia akan selalu bergerilya mengganggu kemapanan korporasi (owning economy).

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com