Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai IPO, Blueprint Kembangkan Bisnis Cetak Tekstil Ramah Lingkungan

Kompas.com - 08/07/2019, 14:47 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Berkah Prima Perkasa Tbk (BLUE), pemegang merk produk printing Blueprint mulai menawarkan sahamnya di lantai bursa. Perseroan menargetkan perolehan dana IPO sebesar Rp 21,8 miliar.

Dana hasil penawaran umum perdana saham tersebut akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan dan memperoleh modal kerja untuk pengembangan lini bisnis baru. Unit bisnis terbaru yang tenfah dikembangkan Blueprint yakni di sektor percetakan tekstil.

"Untuk percetakaan tekstil ini turunan dari salah satu jenis tinta yang kami jual. Jadi gambarnya diprint dengan tinta khusus, kemudian di-press ke kain sehingga pattern-nya pindah ke kain," ujar Presiden Direktur PT Berkah Prima Perkasa Tbk Herman Tansri di Jakarta, Senin (8/7/2019).

Baca juga: Awali Pekan, MVN, Envy, dan Blue Print Melantai di BEI

Herman mengatakan, industri tersebut tengah jadi tren di luar negeri, terutama di negara yang dsangat peduli pada isu lingkungan. Di Eropa, hanya metode cetak tekstil seperti ini yang diperbolehkan.

Memang, harganya lebih mahal daripada sablon biasa. Namun, cara cetak tekstil seperti ini lebih ramah lingkungan karena minim limbah.

"Tidak boleh pakai dye lagi, karena sekali cetak, transfer ke kain, habiskan air yang banyak sekali. Saat airnya dibuang bisa merusak lingkungan," kata Herman.

Blueprint baru merambah unit bisnis tersebut selama satu tahun. Nanun, sudah ada beberapa desainer kondang Indonesia yang jadi pelanggan mereka. Untuk cetak tekstil ini, menyumbang 5 persen dari keseluruhan bisnis Blueprint.

Baca juga: Melantai di Bursa, Harga Saham Blueprint Menguat 69 Persen

Selain cetak di kain kanvas atau polyester, bisnis ini memungkinkan mereka juga merambah ke cetak karpet untuk hotel. Biasanya, kata dia, hotel meminta karpet dicetak secara eksklusif.

Selain itu, di Indonesia, penjualan brand lokal sedang tinggi-tingginya. Blueprint akan masuk ke sektor cetak tas dan sepatu dengan corak hype yang tengah digemari saat ini.

"Ini alternatif menarik bagi designer house," kata Herman.

"Dengan tumbuhnya middle class di Indonesia, saya yakin permintaan masyarakat atas produk ini semakin besar," lanjut dia.

Baca juga: Eksportir Tekstil Diminta Konversi Pendapatannya ke Rupiah

Untuk bisnis cetak tekstil ini, pihaknya telah menanamkan investasi senilai Rp 1,5 miliar untuk membeli alat maupun perlengkapannya. Dengan adanya modal tambahan dari masyarakat melalui IPO, ia menargetkan sektor ini mampu menyumbang 10 persen dari pendapatan total perseroan.

Meski banyak pelanggannya dari desainer ternama, bisnis cetak tekstil ini tak terlepas dari berbagai tantangan.

"Yang jadi tantangan saat volume jadi tinggi, banyak pabrik kain mencoba memonopoli. Kalau mau beli kain dari pabrik itu, harus cetak di sana juga. Itu batu sandungan buat kami," kata Herman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com