Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Gubernur BI soal 'Jamu' untuk Stabilitas dan Dorong Perekonomian

Kompas.com - 26/08/2019, 17:02 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Di hadapan pengusaha, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memaparkan mengenai bauran kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral untuk bisa menjaga stabilitas sekaligus mendorong perekonomian.

Sebab selama ini, banyak pihak yang kerap mempertentangkan kedua hal tersebut.

Padahal, menurut Perry, sebenarnya bank sentral memiliki peran untuk mengupayakan stabilitas kebijakan moneter sekaligus mendorong perekonomian secara beriringan.

"Kalau bank sentral lama kalau stabilitas ya stabilitas saja, karena ya instrumennya cuma satu, hanya suku bunga. Ya kalau suku bunga itu untuk mengendalikan nulai tukar, mengendalikan inflasi, ya enggak usah mikir pertumbuhan. Itu ilmu lama," ujar Perry di Jakarta, Senin (26/8/2019).

Baca juga: Cerita Gubernur BI, Ayah Bangkrut hingga Jadi Kenek untuk Kuliah

Perry menjelaskan, hal tersebut tidak bisa diterapkan di negara berkembang seperti Indonesia. Di negara seperti Indonesia, pergerakan suku bunga tidak bisa menjadi alat untuk menjaga stabilitas.

Sebab, mekanisme pasar yang berlaku kerap dipengaruhi oleh aktor-faktor fundamental seperti kinerja neraca perdagangan yang mengalami defisit, serta tingkat inflasi yang yang sangat bergantung pada harga bahan pangan bergejolak, bukan hanya inflasi inti.

Salah satu komoditas bahan pangan bergejolak yang sangat dominan memengaruhi tingkat inflasi dalam negeri adalah harga cabai.

"Ya inflasi karena cabai masa' diobat suku bunga? Ya ora mathuk to. Nilai tukar kalau neraca perdagangan defisit mosok mau intervensi terus kan? Ya nggak kuat cadev (cadangan devisa)-nya habis," ujar Perry.

"Kalau harga-harga naik karena cabai kemudian kita naikkan suku bunga untuk stabilitas, suku bunga mencekik, growth turun, ya nggak masuk. Nah kalau masalahnya defisit neraca perdagangan kemudian kita naikkan defisit neraca perdagangan kemudian kita naikkan suku bunga ya matek semua kan," ujar dia.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Jadi Alasan BI Turunkan Suku Bunga Acuan

Adapun untuk bisa menjaga stabilitas makro ekonomi sekaligus mendukung pertumbuhan, BI memiliki strategi yang disebut dengan ilmu jamu.

Perry memaparkan, setidaknya adala lima jamu yang digunakan oleh bank sentral, yaitu kebijakan suku bunga, kemudian stabiliras nilai tukar dengan melakukan intervensi, kebijakan makroprudensial, mendorong pembiayaan baik melalui perbankan dan pasar modal, juga dari segi sistem pembayaran melalui economy digital financing.

"Tinggal mana yang mana yang mau diarahkan, untuk pahitnya stabilitas, dan manisnya pertumbuhan. Tapi jangan khawatir 1 jamu pahit, yaitu suku bunga, dikasih jamu manis," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Whats New
Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com