Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Turunkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,5 Persen

Kompas.com - 22/08/2019, 14:49 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5 persen.

Sebelumnya pada bulan Juli BI juga menurunkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen.

Hal tersebut diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada hari Rabu hingga Kamis, (22/8/2019).

Gubernur BI Perry Warjiyo terdapat tiga alasan dibalik penurunan suku bunga acuan tersebut, yaitu rendahnya perkiraan inflasi yang berada di bawah titik tengah sasaran 3,5 plus minus 1 persen.

Baca juga: Jelang RDG, BI Bakal Kembali Turunkan Suku Bunga?

Selain itu, imbal hasil aset keuangan domestik tetap menarik dalam mendukung stabilitas eksternal dan langkah preemptive BI dalam mendorong momentum pertumbuhan ekonomi ke depan dari dampak perlambatan ekonomi global

"Dengan mempertimbangkan assessment dan perkembangan ekonomi tersebut, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 22-23 Juni 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 5,5 persen," ujar Perry ketika memaparkan hasil RDG di Jakarta, Kamis (22/8/2019).

BI juga menurunkan suku bunga deposit facility menjadi sebesar 4,75 persen dan lending facility 6,25 persen.

Baca juga: BI Diprediksi Bakal Kembali Pangkas Suku Bunga

Adapun Perry menjelaskan, strategi moneter BI bakal tetap diarahkan untuk menjaga kecukupan likuiditas di pasar keuangan dan meningkatkan efisiensi pasar uang sehingga bisa memperkuat transmisi kebijakan moneter yang akomodatif.

Selain itu, kebijakan makroprudensial juga tetap akomodatif untuk mendorong penyaluran kredit perbankan dan pembiayaan perekonomian termasuk green financing.

Adapun beberapa faktor global yang memengaruhi keputusan BI tersebut di ataranya pertumbuhan Amerika Serikat yang tumbuh melambat akibat turunnya ekspor dan investasi non residensial.

Selain itu juga melambatnya pertumbuhan ekonomi Eropa, Jepang, China dan India.

"Dinamika ekonomi global tersebut perlu dipertimbangkan dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, permintaan domestik dan juga menjaga arus masuk modal asing sebagai penopang stabilitas eksternal," jelas Perry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com