Ada mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama, mantan komisioner KPK Chandra Hamzah, dan politisi partai Golkar Rizal Mallarangeng. Masing-masing dari mereka memiliki citra tersendiri di mata publik.
BUMN, yang sebelumnya dikenal sebagai badan usaha dengan pimpinan (Dirut dan Komisaris) utusan dari kelompok bisnis tertentu atau partai politik yang memiliki vested interest yang tinggi, kini tampaknya akan mengalami perombakan besar-besaran.
Terlepas dari gencarnya pro dan kontra, sebagai menteri, Erick dituntut melakukan langkah strategis untuk menyiapkan sumber daya manusia yang bisa solid secara internal untuk mencapai visi yang ditetapkan presiden.
Tantangan lainnya yang cukup signifikan yaitu menciptakan budaya tata kelola yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel dalam menghadapi perubahan budaya berbisnis dalam era ekonomi digital yang amat pesat berkembang.
Persaingan maupun potensi pelambatan ekonomi global yang pasti menuntut setiap perusahaan memiliki kondisi yang optimal sebagai penggerak perekonomian Indonesia.
Dalam sektor pelayanan publik, BUMN juga ditantang untuk memiliki budaya ramah (hospitable culture) seperti disampaikan salah seorang staf ahli BUMN, Bambang Eka Cahya.
BUMN harus memiliki kemampuan memberikan pelayanan optimal kepada setiap stakeholders sebagai orientasi hospitality strategis yang mencakup kepentingan berbagai aspek, baik ekonomi, sosial, politik, negara maupun lingkungan.
Erick tampaknya tengah membuka ruang bagi publik secara luas untuk turut berpartisipasi dalam mengawasi tata kelola BUMN yang dipimpinnya, sebuah angin segar dalam tata kelola perusahaan milik negara yang banyak silang sengkarutnya.
Keberanian Erick mengubah budaya organisasi, melakukan restrukturisasi, dan “uji publik terbuka” bagi calon pimpinan perusahaan patut diapresiasi.
Harapan kita sebagai anak bangsa ke depan, BUMN dibangun dengan tata kelola yang baik, memberi manfaat yang sebesar-besarnya untuk rakyat Indonesia.
Tidak hanya itu, tugas berat Erick Tohir lainnya adalah mengikis karakter koruptif, birokratis, dan semangat mementingkan kepentingan kelompok tertentu di dalam tubuh organisasi yang dipimpinnya.
Kita masih menunggu langkah kejutan berikutnya…
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.