Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaleidoskop 2019: Blackout Listrik Setelah 22 Tahun

Kompas.com - 02/12/2019, 07:48 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Namun, seusai mendapat penjelasan dari Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PT PLN Sripeni Inten Cahyani, Jokowi terlihat marah menggunakan kalimat "orang pintar".

"Pertanyaan saya, Bapak, Ibu, semuanya kan orang pintar-pintar, apalagi urusan listrik dan sudah bertahun-tahun. Apakah tidak dihitung, apakah tidak dikalkukasi kalau akan ada kejadian-kejadian sehingga kita tahu sebelumnya. Kok tahu-tahu drop," kata dia.

Dia pun meminta PLN segera membenahi masalah ini sehingga blackout tidak terjadi lagi di kemudian hari dan langsung pergi dari kantor itu. Apalagi, RI masih sangat bergantung pada listrik sehingga kebutuhannya mendesak.

Menariknya, diksi orang-orang pintar yang digunakan Jokowi menarik perhatian publik. Ahli bahasa dan sastra Jawa dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof Sahid Teguh Widodo menyebutkan, tindakan Jokowi mencerminkan budaya sebagai seorang Jawa.

“Jawa itu tempatnya hal-hal semu atau tidak jelas, tapi untuk keperluan yang sangat jelas. Artinya, sesuatu yang jelas itu diumpamakan menggunakan kata-kata yang lain, yang sifatnya kadang malah justru indah, tapi sebenarnya untuk memukul,” kata Sahid.

Melihat diksi "orang-orang pintar" yang digunakan Jokowi, menurut Sahid, ada arti mendalam di baliknya.

“Dalam konsepsi Jawa tradisional, ‘wong pinter’ itu, pertama, artinya orang yang sepuh (matang), orang yang ono babagan sak kabehe (segala sesuatu ada di dia). Dua, wong kang ngerti sak durunging winaras (mengetahui segala hal sebelum terjadi),” jelas Sahid.

Artinya, orang pintar bisa membaca tanda-tanda sebelum terjadinya sesuatu sehingga dapat melakukan tindakan antisipatif untuk menghindari sesuatu yang fatal.

“Orang yang tidak pernah terlena, orang yang selalu eling lan waspodo (ingat dan waspada), tunduk, takluk, dan sami’na wa ato’na (mendengar dan patuh) dalam tugas-tugasnya,” tambah Sahid.

Baca juga: Usai Dengar Penjelasan Plt Dirut PLN, Jokowi Marah dan Langsung Pergi

5. Pemberian kompensasi

Sesuai janjinya, PLN bakal memberikan kompensasi bagi warga yang terdampak pemadaman listrik (blackout) pada 4 Agustus 2019 tersebut. Kompensasi diberikan per tanggal 1 September 2019.

PLN menyiapkan kompensasi sebesar Rp 840 miliar. Angka kompensasi tersebut dinilai bisa untuk membeli dua gardu induk. Tiap-tiap gardu induk mampu melistriki dua kabupaten di luar Pulau Jawa.

Vice President Public Relation PLN Dwi Suryo Abdullah mengatakan, kompensasi ini diberikan bagi pelanggan pascabayar dan pelanggan prabayar. Bagi pelanggan pascabayar, kompensasi diberikan saat melakukan pembayaran listrik pada bulan September untuk tagihan bulan Agustus 2019.

Sementara bagi pelanggan prabayar, kompensasi diberikan saat membeli token listrik. Bukan berupa uang seutuhnya, kompensasi diberikan dalam bentuk tambahan daya.

"Ketika pelanggan pascabayar membayarkan tagihan listrik bulan Agustus yang dibayarkan per 1 September, atau hari ini, atau seterusnya, itu tagihannya nanti akan dikurangi. Yang prabayar, bila pelanggan membeli token maka akan ditambahkan sejumlah kwh. Jadi, istilahnya kompensasi itu bukannya cair, tapi diberikan," kata Dwi Suryo Abdullah.

Saat ini, kejadian blackout hingga pemberian kompensasi telah selesai seutuhnya. Namun, kejadian blackout tetap menjadi salah satu peristiwa bersejarah pada tahun 2019.

Baca juga: Cek Tagihan Listrik Anda, Apa Dana Kompensasi Pemadaman Sudah Masuk?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com