Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Diprediksi Tak Ubah Suku Bunga Acuan

Kompas.com - 23/01/2020, 12:46 WIB
Ade Miranti Karunia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core), Piter Abdullah memprediksi Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga 7-Day Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen.

Meskipun, dia menilai, ada peluang penurunan suku bunga BI.

"Perkiraan saya BI masih akan menahan suku bunga pada bulan ini. Memang BI punya ruang untuk melanjutkan penurunan suku bunga mengingat nilai tukar rupiah yang dalam tren penguatan. Sementara tingkat inflasi juga sangat rendah," katanya kepada Kompas.com, Kamis (23/1/2020).

Baca juga: Penguatan Rupiah Positif, BI Diminta Pertahankan Suku Bunga Acuan

Kendati demikian, dia mengusulkan kepada BI agar tak terburu-buru dalam mengambil keputusan penurunan suku bunga. Alasannya, bank sentral masih menantikan respon perbankan yang masih enggan mengikuti acuan BI Rate sebelumnya.

"Tapi BI sebaiknya memberi waktu untuk perbankan merespons terlebih dahulu penurunan suku bunga acuan yang sebelumnya. Sampai saat ini penurunan suku bunga kredit masih sangat lambat," ujarnya.

Pendapat senada juga disampaikan oleh ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Kiryanto yang memproyeksi BI tetap mempertahankan suku bunganya.

"Saya kira RDG BI hari ini mengambil keputusan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan (BI7DRRR) di level 5 persen, pun dengan suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility tetap tidak berubah. Pertimbangan dari faktor eksternal adalah ada kecenderungan bank-bank sentral (termasuk Fed) menahan suku bunga acuannya lantaran target pertumbuhan ekonomi dan laju inflasinya masih sesuai yang ditargetkan," kata dia.

Baca juga: Tahun 2020 Suku Bunga Global Diproyeksikan Tetap Akomodatif

Pasalnya, bank sentral Amerika Serikat (The Fed) masih berpandangan perekonomian AS masih tumbuh kuat di kisaran 2 persen, inflasi 1,8 persen.

Angka Purchasing Manager Index (PMI) di AS juga masih di atas ambang normal di level 50,

"Tepatnya sekitar 52 sampai 53 yang artinya perekonomian AS masih ekspansif. Jerman dan beberapa negara maju pun mampu tumbuh positif di atas 1 persen. Kesepakatan trade war fase satu, tekanan Brexit yang menurun serta risiko geopolitik yang juga mereda, memberikan pijakan bagi bank-bank sentral untuk tidak mengubah stance suku bunga acuannya," jelasnya.

Bila melihat pertimbangan dari faktor domestik, arah perkembangan ekonomi masih sesuai target. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 mencapai 5,04 persen, dengan outlook pertumbuhannya pada tahun ini sebesar 5,1-5,3 persen.

 

Baca juga: BI Pertahankan Suku Bunga Acuan Tetap 5 Persen

Inflasi terjaga baik di level 2,72 persen (2019) dan berkisar 3 persen pada proyeksi 2020.

"Persepsi investor asing masih optimis dengan outlook perekonomian yang tumbuh stabil di kisaran 5 persen di saat sejumlah negara mengalami koreksi ke bawah. kebijakan moneter dan fiskal dinilai sinkron dan akomodatif (counter cyclical atau dovish) untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi serta kondisi politik dan keamanan dalam negeri relatif stabil," ujarnya.

Kiryanto juga melihat peluang penurunan suku bunga acuan BI sebesar 25 basis point (bps) menjadi 4,75 persen pada RDG BI di bulan-bulan berikutnya.

"Untuk RDG BI kali ini maupun di waktu-waktu yang akan datang BI juga masih punya kebijakan makroprudensial yang bisa direlaksasi untuk menstimulasi permintaan kredit baik dari sisi supply maupun demand," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Whats New
Pasar Kripto 'Sideways', Simak Tips 'Trading' untuk Pemula

Pasar Kripto "Sideways", Simak Tips "Trading" untuk Pemula

Earn Smart
Sederet Langkah Kemenhub Pasca Kasus Kekerasan di STIP Jakarta

Sederet Langkah Kemenhub Pasca Kasus Kekerasan di STIP Jakarta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com