Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

115 Juta Penduduk RI Mudah Jatuh Miskin Lagi, Ini Fakta-faktanya

Kompas.com - 31/01/2020, 10:18 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

"Apakah Omnibus Law menjadi salah satu yang mendorong kelas menengah? Ya jelas iya. Karena tujuannya untuk menciptakan lapangan pekerjaan," ungkap Sri Mulyani.

Baca juga: Pemerintah Klarifikasi Beredarnya Draf RUU Penciptaan Lapangan Kerja

Saat ini, undang-undang yang digadang-gadang mampu meningkatkan investasi di dalam negeri tersebut masih dibahas ditataran pemerintahan.

Pembahasan di pemerintah cukup alot lantaran aturan tersebut mendapat tentangan dari banyak pihak dengan salah satu yang paling lantang menolak adalah serikat pekerja.

Keterbatasan lapangan kerja yang menjadi salah satu faktor yang membuat kelompok yang rentan kembali jatuh miskin ini masih dominan di Indonesia.

Namun demikian, Sri Mulyani optimistis hal tersebut bisa teratasi dengan kemudahan perizinan membuka usaha yang dibuat pemerintah melalui omnibus law.

"Investor itu, kalau mau buka usaha, dia pusing urus surat ini ke lurah, ke Pemda lalu banyak lagi. Karena sibuk urus perizinan, dia kemudian jadi lupa sama idenya yang cemerlang tadi. Jadi ke depan tidak boleh perizinan berbelit," ujar dia.

Baca juga: Demo di Depan DPR, Ini 6 Alasan Buruh Tolak RUU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja

3. Kelompok yang resah

Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid mengatakan, kelompok masyarakat ekonomi kelas menengah adalah orang-orang yang diliputi keresahan.

Sebab, meskipun mereka secara ekonomi sudah masuk dalam kategori aman dan mampu memenuhi kebutuhan dasar dengan banyak pilihan, dalam beberapa hal lain kelompok kelas menengah masih terhimpit berbagai risiko yang muncul akibat digitalisasi.

"Kelas menengah ini orang-orang yang resah karena mereka terjepit. Satu dari enam pekerjaan kelas menengah akan hilang dengan adanya automation. Itu membuat kita resah karena ketidakpastian," ujar Yenny.

Kelompok kelas menengah tersebut tidak memiliki kepastian mengenai masa depan dunia kerja.

Baca juga: Yenny Wahid: Kelas Menengah adalah Orang-orang yang Resah...

Berdasarkan laporan McKinsey tahun lalu, beberapa industri yang rentan digantikan oleh mesin adalah jasa akomodasi dan makanan, pertanian, manufaktur, transportasi dan pergudanganm perdagangan ritel hingga industri keuangan dan asuransi.

Selain itu, Yenny mengatakan para kelas menengah dengan uang yang saat ini mereka miliki ternyata nilainya tak lebih besar jika dibandingkan dengan yang dimiliki oleh orang tua mereka dengan jumlah uang yang sama.

Padahal, kelompok kelas menengah tersebut memiliki aspirasi bisa memiliki kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan orang tua mereka.

"Mereka memiliki keinginan untuk punya kualitas hidup yang lebih baik dari orang tuanya. Tapi kenyataannya dengan uang yang sama yang dia punya ternyata nggak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan uang yang orang tuanya miliki dulu. Apalagi di sosial media merkea melihat di negara-negara lain kualitas hidup bisa lebih baik, kenapa di negara kita enggak?" lanjut dia.

Baca juga: Apa Itu Jebakan Pendapatan Kelas Menengah?

Berdasarkan catatan Bank Dunia, kelompok yang masuk dalam kategori rawan jatuh miskin lagi ini adalah mereka yang memiliki konsumsi per kapita Rp 532.000 hingga Rp 1,2 juta per bulan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com