Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernah Dikunjungi Jokowi, Nelayan Muaragembong Masih Susah Beli BBM

Kompas.com - 14/02/2020, 17:00 WIB
Muhammad Idris,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah gencar-gencarnya melakukan program BBM Satu Harga di daerah-daerah pelosok Indonesia, nyatanya masih banyak warga di Pulau Jawa, bahkan daerah yang sangat dekat dengan Jakarta, masih harus membeli BBM eceran dengan harga lebih mahal.

Di Muaragembong, Kabupaten Bekasi, nelayan pesisir Pantai Utara ini masih saja kesulitan membeli BBM jenis solar. Akibatnya, mereka kudu membeli pasokan Biosolar dari SPBU di Karawang atau Jakarta.

Camat Muaragembong, Lukman Hakim, mengatakan kebutuhan SPBU sudah sangat mendesak dibangun di wilayahnya. Apalagi, sekitar 70 persen warganya berprofesi sebagai nelayan.

"Iya sampai saat ini di sini belum ada SPBU. Sebenarnya keluhan ini sudah lama disampaikan nelayan ke kami. Jadi kalau ditanya seberapa penting ya penting banget ada SPBU," kata Lukman, seperti dikutip dari Antara, Jumat (14/2/2020).

Baca juga: Selain BBM Satu Harga, Berikut Capaian BPH Migas Pada 2019

"Biasanya nelayan juga mendapat kebutuhan BBM dari Tanjung Priok, Jakarta Utara melalui jalur laut," tambahnya. 

Selain nelayan, lanjut Lukman, harga eceran BBM yang lebih mahal juga dirasakan pemilik kendaraan bermotor.

Ini karena untuk mendapatkan BBM, lokasi SPBU terdekat berada di Cabangbungin yang lokasinya berjarak 25 kilometer dari Muaragembong.

Sekretaris Desa Pantai Bahagia Kecamatan Muaragembong Kurtubi mengatakan, di wilayahnya saja saat ini tercatat ada 300 perahu nelayan yang menggantungkan hidup dari melaut.

Ratusan kepala keluarga nelayan ini sangat membutuhkan harga BBM yang terjangkau. Setidaknya, dalam sehari mereka membutuhkan suplai 2.000 liter solar. Itu belum menghitung kebutuhan bensin untuk kendaraan pribadi.

Baca juga: 1.600 Kecamatan Belum Ada Penyalur BBM Satu Harga, Ini Permintaan BPH Migas

"Ribuan liter Biosolar itu dengan asumsi satu perahu membutuhkan 20 sampai 30 liter Biosolar. Itu untuk hidup satu malam dengan jarak pencarian ikan sekitar satu mil (1,6 kilometer)," katanya.

Hingga saat ini nelayan yang ingin melaut terpaksa harus membeli BBM eceran yang harganya jauh lebih mahal dibandingkan di SPBU.

"Nelayan beli (Biosolar) di eceran Rp7.500 sedangkan harga Biosolar di SPBU Rp5.500. Kebutuhan BBM kita lebih dari 1.000 liter per hari juga untuk para nelayan perahu kecil," katanya.

Padahal, selain lokasinya sangat dekat dengan Jakarta, Muaragembong pernah mendapatkan kunjungan langsung dari Presiden Jokowi. Namun untuk SPBU, sampai hari ini belum juga terbangun.

"Bukan hanya nelayan. Kita di pemerintah juga sudah berupaya memfasilitasi hal tersebut. Tapi sampai saat ini belum ada kabar baik," ujarnya.

Baca juga: Pemerintah Targetkan Bangun 500 Penyalur BBM Satu Harga hingga 2024

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com