Sepekan kemudian, manajemen Bank Eksekutif menambah modal sehingga CAR bisa di atas 10 persen. Namun, bank tersebut masih dibelit tingginya rasio kredit bermasalah (NPL).
BI akhirnya memberi ultimatum kepada Bank Eksekutif untuk memperbaiki kondisinya hingga 31 Maret 2010.
Namun, pada 19 Februari 2010, BI meminta keluarga Widjaja untuk mencari investor baru. Rupanya pemegang saham lama tidak punya dana atau give up. Maka, masuklah Recapital Group milik Rosan P Roeslani dan Sandiaga Uno sekitar Juni 2010.
Recapital ingin mengulang kesuksesan ketika menguasai Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN).
Nama Bank Eksekutif dikubur dan menjadi Bank Pundi, lalu peresmian besar-besaran pada September 2010 di kawasan Monas, Jakarta. Saat itu kawasan Monas dipenuhi pedagang kecil, seperti tukang sayur dan sembako, sebagai simbol berubahnya bisnis bank.
Ya, Bank Eksekutif sebelumnya fokus pada sektor korporasi, Bank Pundi menitikberatkan strategi pada pengembangan pembiayaan di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Baca juga: Jadi Bank Milik Pemprov, Bank Banten Ubah Strategi Bisnis
Hasil transformasi bisnis Bank Pundi sejak tahun 2011 terlihat dengan ekspansi cabang di berbagai kota besar dan jmlah karyawan meningkat. Pada akhir tahun 2012, jaringan Bank Pundi sebanyak 207 kantor yang tersebar di hampir semua kota besar di Indonesia dengan jumlah karyawan sebanyak 8.200 orang, dari sebelumnya 187 kantor dan jumlah karyawan sebanyak 6.691 orang.
Hanya sekitar enam tahun menguasai Bank Pundi, pada tahun 2016, Banten Global Development milik Peprov Banten menguasai Bank Pundi. Lalu menyulap namanya menjadi PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk dengan merek Bank Banten.
Namun, sepertinya warga Banten hanya seumur jagung mempunyai BPD. Kembali ke cerita di awal tulisan ini, Wahidin mengalihkan rekening kas Pemprov Banten yang ternyata merupakan bagian rencana merger.
Baca juga: Ingin Punya Bank Sendiri, Banten Deal dengan Bank Pundi
Wahidin sebagai Pemegang Saham Pengendali Terakhir Bank Banten meneken kesepakatan awal lewat letter of intent (LoI) dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil selaku Pemegang Saham Pengendali Terakhir Bank BJB alias PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJBR).
"Saya sudah sampaikan ke berbagai pihak untuk menyelamatkan Bank Banten dan OJK telah memfasilitasi. Upaya lain juga sudah dilakukan, bulan Maret lalu, saya menemui Direktur BJB Syariah agar bisa merger untuk membentuk bank syariah," jelas Wahidin.
Inikah akhir kisah Bank Eksekutif atau Bank Pundi alias Bank Banten? (Anggar Septiadi)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Bank Banten, antara keluarga Widjaja, Sandiaga Uno dan Wahidin Halim
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan