Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management

Direktur Panin Asset Management salah satu perusahaan Manajer Investasi pengelola reksa dana terkemuka di Indonesia.
Wakil Ketua I Perkumpulan Wakil Manajer Investasi Indonesia periode 2019 - 2022 dan Wakil Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Periode 2021 - 2023.
Asesor di Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia (LSPPMI) untuk izin WMI dan WAPERD.
Penulis buku Reksa Dana dan Obligasi yang diterbitkan Gramedia Elexmedia.
Tulisan merupakan pendapat pribadi

Menebak Arah Pasar Modal Semester II 2020

Kompas.com - 17/06/2020, 10:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Investor Asing dan Investor Lokal, Individu dan Institusi

Semenjak kasus yang menimpa beberapa perusahaan asuransi dan manajer investasi yang menempatkan dananya pada saham gorengan sejak akhir tahun lalu, transaksi bursa saham mengalami penurunan signifikan.

Biasanya bisa mencapai Rp 7 triliun-Rp 9 triliun per hari, kemudian menjadi di bawah Rp 5 triliun. Transaksi saham-saham gorengan tersebut memang jumlahnya sangat signifikan. Tren ini berlangsung dari sekitar November hingga Maret 2020.

Namun seiring dengan PSBB dan koreksi dalam di bursa saham serta kemudahan untuk melakukan pembukaan secara elektronik, pembukaan rekening saham mengalami pertumbuhan yang signifikan terutama di bulan Maret, April dan Mei ini.

Ada kemungkinan pemilik usaha mencoba mencari sumber penghasilan lain pada waktu usaha ditutup dan pasar saham menjadi salah satu alternatif. Kebetulan pada bulan Maret dan April ada koreksi harga yang signifikan.

Transaksi saham kembali naik di atas level Rp 7 triliun, bahkan dalam beberapa sempat mencapai di atas Rp 10 triliun. Masuknya jumlah investor yang kebanyakan perorangan dalam jumlah signifikan ini memberikan warna baru di bursa saham.

Dana asing tidak sepenuhnya lagi menggerakkan IHSG. Meskipun net sell dalam jumlah besar sekalipun, IHSG tetap bisa naik di atas 2 persen yang pembelinya investor lokal individu.

Biasanya investor ini lebih banyak menggunakan Analisa teknikal, jadi ketika ada gejolak harga tinggi mereka akan mencoba masuk dan mendapatkan keuntungan dari situ.

Secara umum, investor asing masih akan bergerak taktis. Mereka akan coba masuk ketika harganya murah dan melakukan profit taking ketika harganya sudah naik.

 

Baca juga: Warren Buffett Belum Tertarik Borong Saham, Kenapa?

Net buy dan net sell harian masih akan terjadi silih berganti di pasar saham. Investor asing hanya konsisten net buy di Obligasi Pemerintah saja setelah keluar banyak pada bulan Februari – Maret yang lalu.

Yang menjadi perhatian adalah Investor Lokal Institusi masih belum banyak bergerak. Jumlah dana yang mereka miliki juga signifikan. Apabila mereka mulai masuk ke pasar, hal ini akan menambah kedalaman pasar dan berpotensi menjadi sentimen positif di semester II

Sentimen Luar Negeri

Dari luar negeri, yang bisa menjadi sentimen positif adalah program stimulus yang dikucurkan bank sentral berbagai negara untuk memulihkan perekonomian. Berita sentimen positif ini bahkan dapat mengalahkan berita tentang second wave COVID-19.

Untuk IHSG, yang menjadi perhatian adalah stimulus yang dilakukan Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve).

Pemilihan Presiden Amerika Serikat yang jika sesuai rencana akan diselenggarakan pada November 2020 ini. Sesuai perkembangan terakhir, yang akan bertanding adalah Donald Trump dari Partai Republik dan Joe Biden dari Partai Demokrat.

Bagi pasar modal Amerika Serikat, Donald Trump lebih memiliki efek positif karena dia lebih fokus pada perekonomian dan selalu memaksa bank sentral untuk memberikan lebih banyak stimulus. Dalam masa pemerintahan dia, indeks saham di sana juga mengalami kenaikan.

Namun bagi pasar modal Indonesia dan negara berkembang lain, Donald Trump juga memiliki kebijakan yang bertentangan dengan kaidah hubungan internasional. Akibatnya jika dia yang terpilih, pasar modal akan mengalami volatilitas yang tinggi.

Ketegangan antara negara, terutama dengan China yang memang sedang memperebutkan posisi negara adidaya akan semakin meruncing. Namun jika yang menang dari partai Demokrat, khusus untuk hal ini rasanya masih akan tetap sama.

Seiring dengan menuju hari H Pilpres, hasil survey kedua kandidat akan menjadi salah satu sentimen penggerak harga saham.

Demikian artikel ini, semoga bermanfaat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com