Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Corona Lebih Parah, IMF Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global -4,9 Persen Tahun Ini

Kompas.com - 25/06/2020, 05:41 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksi pertumbuhan ekonomi dunia akan mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 4,9 persen tahun 2020 ini.

Angka tersebut lebih rendah 1,9 poin persentase jika dibandingkan dengan proyeksi pada bulan April lalu yang memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) global mengalami kontraksi 3 persen.

Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath menjelaskan, dampak pandemi virus corona (Covid-19) pada paruh pertama tahun 2020 lebih parah dari yang dibayangkan.

Baca juga: IMF: Ekonomi Dunia Bakal Alami Krisis yang Belum Pernah Terjadi...

 

Selain itu, proses pemulihan pun akan memakan waktu lebih lama dari yang dibayangkan. Revisi proyeksi tersebut disebabkan oleh pertumbuhan konsumsi yang kian tertekan hampir di seluruh negara di dunia.

Pasalnya, banyak negara dunia yang mengalami disrupsi di dalam aktivitas perekonomian domestik akibat pembatasan sosial dan lockdown yang diterapkan untuk menekan angka persebaran Covid-19.

"Terlebih lagi, investasi swasta cenderung tertahan lantaran perusahaan cenderung menunda belanja modal di tengah ketidakpastian yang tinggi. Meski dedmikian, kebijakan pemerintah turut mengimbangi penurunan permintaan domestik," ujar Gita dalam laporan World Economic Outlook edisi Juni seperti dikutip Kompas.com, Rabu (24/6/2020).

Lebih lanjut dijelaskan, pertumbuhan ekonomi untuk kelompok negara maju diproyeksi bakal kontraksi 8 persen pada tahun 2020. Angka tersebut lebih rendah 1,9 poin persentase jika dibandingkan dengan prediksi April 2020 lalu.

IMF menilai, terdapat hantaman yang lebih hebat dari ekspektasi terhadap perekonomian kelompok negara maju di semester I tahun ini.

Proses pemulihan pun akan terjadi secara bertahap lantaran kekhawatiran mengenai peningkatan kasus penularan virus masih berlanjut.

Baca juga: IMF Beri Keringanan Utang untuk 25 Negara Anggota

Secara berturut-turut, IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi kelompok negara maju sebagai berikut; Amerika Serikat -8 persen, Jepang -5,8 persen, Inggris -10,2 persen, Jerman -7,8 persen, Prancis, -12,5 persen, sementara Italia dan Spanyol tumbuh -12,8 persen.

Untuk negara berkembang, pertumbuhan PDB diproyeksi akan mengalami kontraksi 3 persen tahun ini. Lebih rendah 2 poin persentase jika dibandingkan dengan proyeksi April 2020.

Untuk negara berpendapatan rendah, pertumbuhan ekonomi diproyeksi akan mengalami kontraksi 1 persen.

Adapun untuk tahun 2021 mendatang, IMF memproyeksi perekonomian global akan menguat dan tumbuh 5,4 persen. Namun demkian, pertumbuhan tersebut juga lebih rendah 0,1 persen poin persentase dibandingkan proyeksi April lalu.

"Konsumsi diproyeksi akan menguat secara bertahap tahun depan, dan investasi juga diperoyeksi akan meningkat, mesi masih terbatas," tulis IMF.

Dengan demikian, PDB global pada tahun 2021 mendatang akan lebih rendah 6,5 poin persentase jika dibandingkan dengan proyeksi sebelum Covid-19 pada Januari lalu.

"Dampak negatif terhadap rumah tangga berpendapatan rendah akan cuku parah, hal itu berisiko buruk terhadap upaya dunia untuk mengurangi kemiskinan di dunia sejak 1990-an," jelas IMF.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com