Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BKPM: Ketergantungan RI ke China Berdampak Buruk

Kompas.com - 13/07/2020, 14:52 WIB
Rully R. Ramli,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyoroti ketergantungan perekonomian Indonesia kepada China.

Menurutnya, ketergantungan perekonomian tersebut berimbas buruk terhadap Indonesia. Hal tersebut terefleksikan dariengan ikut melemahnya perekonomian nasional, apabila perekonomian Negeri Tirai Bambu itu juga melambat.

"Kalau di China pertumbuhan ekonominya turun 1 persen itu berdampak 0,3 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia," katanya dalam sebuah diskusi virtual, Senin (13/7/2020).

Baca juga: Bos BKPM Sebut Sudah Realisasikan Investasi Mangkrak Rp 410 Triliun

Bahlil mengaku tidak mengetahui, sejak kapan Indonesia memiliki ketergantungan kepada China. Namun, ia berharap dengan munculnya pandemi Covid-19 hal tersebut dapat segera dievaluasi.

"Covid ini juga membawa berkah supaya kita mengevaluasi diri bahwa sebaik-baiknya sebuah negara tidak boleh tergantung juga pada negara lain," ujar Bahlil.

Tingginya investasi China ke Indonesia menjadi salah satu alasan lebih rendahnya realisasi penanaman modal asing (PMA) dibandingkan penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada kuartal I tahun ini.

BKPM mencatat, total realisasi investasi sejak awal tahun hingga Maret lalu sebesar PMA Rp98 triliun atau setara 46,5 persen dan PMDN sebesar Rp112,7 triliun atau setara 53,5 persen.

"Kenapa PMA lebih sedikit dari PMDN? Kita tahu bahwa kuartal pertama konsolidasi perusahaan PMA baru kerja. Kedua untuk pengiriman barang China belum mengizinkan sehingga realisasinya lambat," tutur Bahlil.

Oleh karenanya, Bahlil menilai Indonesia perlu fokus menggaet investasi dari negara besar lain, seperti Amerika Serikat dan Jepang.

"Posisi Indonesia cenderung bergantung ke China. Tetapi mempertahankan hubungan baik dengan Amerika Serikat dan Jepang juga penting," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com