Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makin Santer, Apa Sebetulnya Resesi Itu?

Kompas.com - 06/08/2020, 11:08 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Resesi juga dapat disebabkan oleh penurunan permintaan eksternal, terutama di negara-negara dengan sektor ekspor yang kuat. Efek merugikan dari resesi di negara-negara besar — seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat — dengan cepat dirasakan oleh mitra dagang regionalnya.

Pada 2020 ini, resesi terjadi karena wabah Covid-19 yang akhirnya berdampak pertumbuhan ekonomi karena pergerakan manusia dibatasi untuk mencegah penularan virus.

Karena resesi memiliki banyak penyebab potensial, maka sulit untuk memprediksinya.

Mengutip Business Insider, ada beberapa penyebab resesi terjadi. Sebab penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan biasanya dipicu oleh kombinasi faktor-faktor yang kompleks dan saling berhubungan, termasuk:

1. Guncangan ekonomi

 Peristiwatak terduga yang menyebabkan gangguan ekonomi yang meluas, seperti bencana alam atau serangan teroris maupun wabah penyakit.

2. Kehilangan kepercayaan konsumen.

Ketika konsumen mengkhawatirkan keadaan ekonomi, mereka akan memperlambat pengeluaran dan menyimpan/menabung sebisa mungkin. Informasi saja, pertumbuhan ekonomi akan sangat bergantung dari belanja konsumen dengan porsi lebih dari 50 persen.

Karena perlambatan konsumsi inilah perekonomian dapat melambat secara drastis.

3. Suku bunga tinggi.

Suku bunga tinggi membuat konsumen yang ingin membeli rumah, mobil, dan pembelian besar lainnya menjadi sangat mahal. Perusahaan akhirnya mengurangi pengeluaran dan rencana pertumbuhan usaha karena pembiayaan terlalu tinggi itu.

4. Deflasi

Deflasi berarti harga produk dan aset turun karena penurunan permintaan yang besar. Ketika permintaan turun, harga pun ikut turun. Orang-orang yang menunda pembelian karena menunggu harga yang lebih rendah menyebabkan spiral aktivitas ekonomi yang lambat.

 5.Gelembung aset 

Dalamgelembung aset, harga barang-barang seperti saham teknologi di era dot-com atau aset lainnya naik dengan cepat karena pembeli percaya bahwa harga akan terus meningkat.

Tapi kemudian gelembung pecah, orang-orang kehilangan apa yang mereka miliki yang menyebabkan ketakutan muncul. Akibatnya, orang dan perusahaan menarik kembali pengeluaran yang akhirnya memberi jalan pada resesi ekonomi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com