Di sisi lain, hal yang juga perlu diperhatikan adalah kinerja neraca dagang. Walaupun suprlus pada Agustus 2020 sebesar 2,3 miliar dollar AS, namun itu terdorong anjloknya impor sebesar 24,19 persen menjadi 10,74 miliar dollar AS.
Iskandar bilang, impor yang rendah terjadi juga pada barang modal yang merupakan salah satu indikator mencerminkan pertumbuhan investasi langsung di Indonesia.
Artinya, jika impor barang modal rendah maka investasi pun rendah, yang dapat memiliki dampak berlapis bagi ekonomi dalam negeri.
"Salah satu perhatian kita impor barang modal masih rendah, ini kan komponen investasi. Kalau enggak ada pabrik baru, ini tercermin dari impora barang modalnya, berarti kedepan pun produksi lebih kecil, dan ini bisa berdampak ke multiplier effect," pungkas Iskandar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.