Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hingga Agustus 2020, Bank Syariah Mandiri Catat Laba Rp 957 Miliar

Kompas.com - 25/09/2020, 12:38 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Syariah Mandiri melaporkan adanya pertumbuhan laba setelah pajak sebesar Rp 957 miliar pada Agustus 2020. Laba ini meningkat dari Rp 756 miliar dibanding pada periode yang sama tahun lalu. Laba juga meningkat dari semester I 2020 sebesar Rp 719 miliar.

Direktur Utama Bank Syariah Mandiri, Toni EB Subari mengatakan, meningkatnya laba ditopang oleh penyaluran kredit/pembiayaan yang masih mencatatkan angka positif di tengah pandemi Covid-19.

Tercatat hingga Agustus 2020, pembiayaan masih tumbuh 6,18 persen secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp 72,20 triliun pada Agustus 2019 menjadi Rp 76,66 triliun pada Agustus 2020.

Baca juga: Jadi Hub Keuangan Syariah Dunia, Indonesia Perlu Bikin Ekosistem Kuat

Direktur Utama Bank Syariah Mandiri, Toni EB Subari mengatakan, hal ini menandakan kepercayaan nasabah makin meningkat, termasuk saat pandemi Covid-19.

"Jadi kembali lagi kami sampaikan secara menyeluruh pembiayaan atau kredit Alhamdulillah masih lebih baik dibanding perbankan konvensional. Artinya nasabah makin percaya pada syariah," kata Toni dalam Workshop virtual Mandiri Syariah, Jumat (25/9/2020).

Meski pembiayaan terus digelontorkan, pembiayaan macet atau Non-Performing Financing (NPF) bisa ditekan hingga 2,51 persen. Rasio NPF lebih baik dibanding 2,78 persen pada tahun sebelumnya.

Toni menuturkan, pertumbuhan perbankan syariah dari tahun ke tahun memang mengalami peningkatan lebih tinggi dibanding industri konvensional. Di BSM, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 13,17 persen pada Agustus 2020 dari Rp 87,58 triliun menjadi Rp 99,12 triliun.

"Alhamdulillah baik pembiayaan, aset, DPK, relatif baik. Komposisi DPK dari tahun ke tahun semakin banyak. Deposito atau low cost fund semakin meningkat. Artinya komposisi DPK dari bank syariah masih di deposito, Alhamdulillah sekarang meningkat," tutur Toni.

Secara keseluruhan, kata Toni, industri perbankan syariah mencatat pertumbuhan lebih baik dibanding perbankan konvensional.

Toni yang juga merupakan Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) merinci, pembiayaan masih tumbuh 10,23 persen, jauh lebih tinggi dibanding bank konvensional, sebesar 1,04 persen Hingga Juli 2020.

Penghimpunan DPK di bank syariah tumbuh 8,78 persen, lebih tinggi dari perbankan konvensional sebesar 8,44 persen, dan perbankan nasional sebesar 8,46 persen. Dari sisi aset, aset bank syariah melesat 9,88 persen, jauh lebih tinggi dari bank konvensional 5,37 persen dan perbankan nasional 5,63 persen.

Permodalan di bank syariah juga menebal hingga Juli 2020, yakni di level 20,93 persen, tak jauh berbeda dengan bank konvensional sebesar 22,96 persen dan perbankan nasional sebesar 23,03 persen.

"LDR/LFR di beberapa tahun dari 2017-2019 di kisaran 85-88 persen. Artinya likuiditas cukup. NPL bisa terjaga di 3,5 persen, masih di bawah 5 persen jadi kondisinya masih aman. Perbankan syariah pertumbuhannya dari tahun ke tahun lebih tinggi dari industri konvensional," pungkasnya.

Baca juga: Sri Mulyani: Keuangan Syariah Harusnya Bisa Bersaing dengan Konvensional

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

Whats New
Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Whats New
Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Whats New
Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Whats New
Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Earn Smart
Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com