Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Trump Kalah Pilpres AS, Bagaimana Nasib Fasilitas GSP Indonesia?

Kompas.com - 03/11/2020, 16:12 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) melalui United States Trade Representative (USTR) memutuskan untuk memperpanjang fasilitas Generalized System Preferences (GSP) untuk Indonesia.

Perpanjangan fasilitas GSP ini hanya jelang sehari usai Presiden RI Joko Widodo didatangi oleh Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo ke Jakarta pada 29 Oktober 2020 lalu.

Ekonom Bahana Sekuritas, Putera Satria Sambijantoro mengatakan, dipertahankannya fasilitas GSP menunjukkan komitmen AS untuk menjadikan Indonesia sebagai mitra strategis di Asia-Pasifik.

Baca juga: UKM Kita Bisa Ikut Turut Aktif Menikmati Fasilitas GSP ini...

Artinya, siapa pun presiden AS yang terpilih nantinya, entah Donald Trump ataupun Joe Biden, Indonesia akan tetap mendapatkan keuntungan dari sisi investasi dan perdagangan dari AS.

"Tampaknya dari AS sendiri melihat pentingnya mengandeng Indonesia untuk meredam dominasi Tiongkok di regional," kata Satria kepada Kompas.com, Selasa (3/11/2020).

Satria menuturkan, pemberian fasilitas GSP dapat memberikan gambaran sekilas bahwa Presiden AS Donald Trump menganggap Presiden Jokowi sebagai temannya.

Menurut Satria, jika Trump terpilih lagi, mungkin pasar mata uang dan obligasi negara berkembang akan sedikit terkejut, lantaran kemenangan Joe Biden sudah diperhitungkan oleh pasar.

Hal ini tercermin dari kenaikan 32-bps imbal hasil (yield) US Treasury tenor 10 tahun dalam 3 bulan terakhir, dari 0,55 persen pada Agustus menjadi 0,84 persen baru-baru ini.

"Karena kemenangan ini tidak diprediksi pasar yang sudah memposisikan diri atau "price in" kemenangan Joe Biden," ujar Satria. 

Namun, Satria memprediksi, shock pasar mata uang dan obligasi negara berkembang hanya terjadi untuk jangka pendek saja.

Sebab biasanya, kebijakan presiden Republikan seperti Trump cenderung pro-bisnis dan investasi, seperti pemotongan pajak dan lain lain.

Baca juga: Negosiasi Kesepakatan GSP Indonesia-AS Alot 2,5 Tahun, Ini Alasannya

"Ini pada akhirnya akan positif bagi pasar secara keseluruhan," pungkas Satria.

Sebagai informasi, Fasilitas GSP merupakan fasilitas yang diberikan AS berupa pembebasan tarif bea masuk untuk mendorong pertumbuhan di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Terdapat 3.544 produk Indonesia yang telah diklasifikasikan oleh bea cukai AS (US Customs and Border Protection/CBP) yang mendapat pembebasan tarif bea masuk melalui GSP dengan nilai ekspor tahunan mencapai 2,1 miliar dollar AS pada 2018.

Cakupan 3.544 produk itu di antaranya termasuk perhiasan emas, ban karet, tas olahraga, dan alat musik yang menjadi komoditas ekspor signifikan RI.

Tercatat dari Januari-Agustus, Indonesia sudah menikmati surplus perdagangan sebesar 6,22 miliar dollar AS dengan AS di tengah pandemi, atau lebih besar dibandingkan 5,32 miliar dollar AS pada periode yang sama tahun lalu.

Dengan diberikannya fasilitas GSP, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang masih menerima fasilitas GSP secara penuh.

Sebelumnya AS telah menghapus fasilitas tersebut untuk mitra dagang regional lainnya, termasuk India, Turki, Thailand, dan Kazakhstan, baik secara keseluruhan maupun sebagian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Whats New
Pasar Kripto 'Sideways', Simak Tips 'Trading' untuk Pemula

Pasar Kripto "Sideways", Simak Tips "Trading" untuk Pemula

Earn Smart
Sederet Langkah Kemenhub Pasca Kasus Kekerasan di STIP Jakarta

Sederet Langkah Kemenhub Pasca Kasus Kekerasan di STIP Jakarta

Whats New
Harga Emas Terbaru 10 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 10 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com