Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Diproyeksi Bisa Turunkan Suku Bunga hingga 50 Bps, Ini Sebabnya

Kompas.com - 12/11/2020, 17:39 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Ekonom Citi Indonesia (Citibank) Helmi Arman memprediksi Bank Indonesia (BI) bakal menurunkan kembali suku bunga acuan BI-7DRR antara 25-50 basis poin (bps) dalam beberapa bulan ke depan.

Dalam pandangan Helmi, penurunan suku bunga bisa dilakukan karena adanya kombinasi dari masih lemahnya pertumbuhan kredit perbankan, rendahnya inflasi, besarnya surplus perdagangan, dan adanya tanda-tanda awal investor asing mulai memarkir dananya di Indonesia.

"Maka kami lihat bahwa ruang penurunan (suku bunga bank sentral) lebih lanjut mulai terbuka lagi. Bisa dilakukan tanpa adanya risiko besar yang memicu instabilitas nilai tukar rupiah," kata Helmi dalam paparan kinerja keuangan Citibank kuartal III 2020 secara virtual, Kamis (12/11/2020).

Baca juga: Gubernur BI: Nilai Tukar Rupiah Berpotensi Terus Menguat

Helmi menuturkan, pertumbuhan kredit masih lemah terimplikasi dari indeks keyakinan konsumen terhadap ekonomi masih lemah, lebih rendah dibanding sebelum masa pandemi Covid-19. Di sisi korporasi, kredit melemah disebabkan oleh tertundanya ekspansi dan rencana investasi.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga September 2020, kredit perbankan hanya tumbuh 0,12 persen secara tahunan. Realisasi ini bahkan lebih rendah ketimbang Agustus yang sebesar 1,04 persen (yoy).

"Selain itu dari sisi perbankan, akibat ada gelombang restrukturisasi kredit, limit kredit yang diberikan bank kepada nasabah cenderung dibatasi," ungkap Helmi.

Di sisi lain, ekspor sudah mulai pulih ditopang oleh ekspor logam dasar, serta sejumlah komoditas seperti kepala sawit dan emas sehingga mampu menambah pasokan valas di sisi supply. Sebagian dari supply valas terpakai untuk pembayaran utang luar negeri.

Saat kebutuhan valas korporasi relatif rendah, belakangan muncul tanda-tanda kembalinya investor global melirik negara emerging market. Aksi ini menyusul hasil pemilu di AS yang sesuai ekspektasi investor.

Investor meyakini, kemenangan Joe Biden dari partai Demokrat membuat kebijakan AS kepada China tidak akan seagresif 4 tahun belakangan. Banyak optimisme muncul bahwa ekonomi China akan bangkit dan mengangkat prospek negara emerging, termasuk Indonesia yang juga menjadi mitra dagang utama China.

"Akhirnya ada arus dana masuk ke emerging market ini terlihat dari data transaksi. Beberapa minggu belakangan, investor asing mulai melakukan nett buy mata uang negara emerging market terhadap dollar AS," pungkas Helmi.

Baca juga: Transmisi Penurunan Suku Bunga ke Kredit Bank Masih Minim, Ini yang Akan Dilakukan BI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Earn Smart
Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Whats New
Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Whats New
Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan 'Smart City' di Indonesia

Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan "Smart City" di Indonesia

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com