Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Pengelolaan Bandara oleh Asing

Kompas.com - 24/11/2020, 05:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BEBERAPA waktu lalu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjawab pertanyaan dari para anggota Komisi V DPR tentang pengelolaan Bandara Komodo di Labuan Bajo yang akan diberikan pada perusahaan Singapura. Menurut dia, Bandara Komodo tak akan dikuasai asing.

Polemik tentang Bandara di Indonesia yang akan ditawarkan kepada pihak asing berkembang dengan lebih banyak kekhawatiran bahwa keuntungan yang akan lari keluar negeri. Banyak pihak yang juga mengutarakan bahwa dengan masuknya investor asing dalam pengelolaan bandara di Indonesia akan lebih banyak merugikan Indonesia.

Sebenarnya dalam hal ini yang harus diwaspadai adalah aturan main yang diberlakukan sehingga keberadaan investor asing dalam mengelola bandara di Indonesia akan benar-benar menguntungkan kita. Pengalaman menunjukkan bahwa kita sering lemah dalam mengikat perjanjian atau kontrak dengan pihak asing.

Kelemahan ini terkadang juga merupakan refleksi dari bentuk adanya kepentingan lain dari para pelaksana pembuat kontrak atau perjanjian kerjasama dengan pihak asing. Dalam hal ini persoalannya sangat sederhana yaitu sepanjang kontrak perjanjian yang diberlakukan dengan pihak investor asing benar-benar berorientasi kepada kepentingan nasional maka semua akan berlangsung dengan baik.

Baca juga: Menang Tender, Konsorsium Cardig-Changi Bakal Kelola Bandara Komodo

Bila ditinjau lebih jauh lagi mengenai keberadaan investor asing dalam pengelolaan bandara, maka dipastikan kebijakan ini akan sangat bermanfaat. Indonesia memang harus belajar banyak dalam aspek pengelolaan bandara secara profesional.

Kondisi dalam 20 tahun terakhir sangat jelas betapa pengelolaan bandara di Indonesia sangat memprihatinkan. Pertumbuhan penumpang yang sangat fantastis tidak diiringi dengan menyiapkan tenaga kerja profesional di bidangnya dan juga kurang memperhatikan mengenai kesiapan infrastruktur penerbangan.

Betapa ketika Soekarno Hatta Internatonal Airport mengalami over kapasitas, tidak ada langkah mendiagnosa dan menganalisis mengapa hal itu terjadi terlebih dahulu, tetapi justru dengan mudah saja diambil keputusan untuk menyalurkan kelebihan traffic ke Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdanakusuma.

Hasilnya tentu saja memunculkan banyak masalah lainnya. Kegiatan penerbangan militer di Halim menjadi terganggu demikian pula halnya dengan pelaksanaan penerbangan sipil komersial yang bergiat ditengah-tengah lingkungan instansi pertahanan udara nasional.

Terbukti tidak berapa lama beroperasi di Halim, kemudian terjadi tabrakan pesawat terbang sipil di Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdanakusuma. Para pengelola bandara sama sekali tidak mengerti tentang peruntukkan bandara bagi kepentingan penerbangan sipil komersial dan fungsi dari sebuah pangkalan Angkatan Udara yang sifatnya terbatas untuk pergerakan umum.

Demikian pula yang terjadi pada beberapa bandara lainnya seperti di Bandung, Surabaya dan Jogyakarta. Yang paling menyolok adalah tentang bagaimana sebuah International Airport (di Kertajati) yang dibangun dengan biaya triliunan rupiah dan kemudian menjadi tidak berguna sama sekali.

Sebuah ironi tentang bagaimana penerbangan sipil komersial yang sudah diputuskan untuk dipindah ke International Airport Kertajati dari Pangkalan Angkatan Udara Husein Sastranegara Bandung, karena dinilai mengganggu keselamatan penerbangan karena ada banyak kegiatan penerbangan militer dan kegiatan pabrik pesawat terbang PTDI kemudian kembali lagi dipindahkan ke Pangkalan Angkatan Udara Husein Sastranegara Bandung.

Belum lagi mengenai manajemen bandara di negeri ini dalam hal penentuan mana yang diberlakukan sebagai Internasional Airport dan mana yang akan digunakan untuk keperluan penerbangan domestik. Kesemua itu adalah sebuah gambaran betapa pengetahuan kita tentang anatomi dari tata kelola sebuah bandara sangat minim.

Dengan berdatangannya pihak investor asing yang mengelola bandara bandara di Indonesia kiranya , kita dapat banyak belajar dari mereka tentang bagaimana caranya mengelola bandara secara profesional bertaraf world class.

Baca juga: Airport Tax Disubsidi, Penumpang Pesawat di 5 Bandara Ini Melonjak

Di sinilah salah satu titik penting yang harus dijadikan perhatian dalam bekerja sama dengan pihak asing, bahwa harus ada jaminan tentang peningkatan kualitas sumber daya manusia kita di bidang pengelolaan sebuah bandara.

Harus diakui bahwa kualitas tenaga kerja kita di bidang penerbangan pada umumnya dan khusus dalam pengelolaan bandara masih sangat kurang.

Sebuah realita yang meyedihkan ditengah pertumbuhan penumpang pesawat terbang yang sangat fantastis belakangan ini akan tetapi sumber daya manusia yang bergiat di dunia penerbangan masih jauh dari cukup. Sebuah kenyataan bahwa memang lembaga pendidikan bagi tenaga profesional di bidang penerbangan di Indonesia masih kurang. Sekedar contoh saja bahwa pendidikan setara master degree di bidang manajemen dan bisnis penerbangan baru ada satu di Indonesia dan itupun masih sangat sedikit pesertanya.

Harus diakui bahwa kita belum memberikan perhatian yang cukup pada bidang pendidikan dan latihan untuk menghasilkan tenaga terdidik di bidang penerbangan. Sebuah tantangan yang harus segera dijawab. Bekerjasama dengan pihak asing adalah salah satu langkah yang patut di hargai sebagai sebuah tindakan yang sangat bagus untuk dapat menanggulangi banyak kekurangan kita akan tenaga ahli dibidang manajemen penerbangan dalam hal ini menajemen kebandaraan.

Mudah-mudahan kerja sama dengan pihak asing yang akan berlangsung kedepan akan banyak memberikan manfaat bagi kita semua khusus nya dalam pengelolaan sumber daya manusia dibidang penerbangan. Kerja sama dengan pihak asing seyogyanya dapat pula dikembangkan pada bidang pelatihan dan pendidikan di bidang kedirgantaraan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com