Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia Soroti Ketahanan Pangan RI: Orang Miskin Masih Sulit Jangkau Makanan Bergizi

Kompas.com - 17/12/2020, 12:42 WIB
Mutia Fauzia,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Dunia menilai tantangan utama Indonesia dalam mengatasi masalah ketahanan pangan yakni keterjangkauan serta ketersediaan makanan bergizi, terutama untuk masyarakat miskin.

Country Director World Bank untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen menilai, ketersediaan pangan di Indonesia masih terpusat di perkotaan.

Dia mengatakan, orang kota kini menuntut untuk bisa mendapatkan makanan dengan ragam pilihan pangan bergizi.

Baca juga: G20 Sepakati Relaksasi Pinjaman, Negara Miskin Bisa Cicil Utang hingga 2021

Sementara, hal yang sama cenderung tidak bisa dinikmati oleh masyarakat miskin.

"Tantangan keamanan pangan di Indonesia itu bukan ketersediaan, tapi keterjangkauan makanan bergizi," ujar Kahkonen dalam acara peluncuran IEP Desember 2020 secara virtual, Kamis (17/12/2020).

"Indonesia mengalami tantangan manan berigizi lebih banyak dinikmati mereka yang mampu membeli makanan dan tidak oleh mereka yang kelompok miskin," ujar dia.

Kohkonen mengatakan, rumah tangga dengan tingkat pendapatan rendah masih mengalami kerawanan pangan atau food insecurity.

Dengan demikian, seharusnya pemerintah tidak hanya memperhatikan masalah pertanian dan produksi saja, namun juga distribusi, perdagangan, hingga daya saing pasar.

Baca juga: Bank Dunia Revisi ke Bawah Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi Minus 2,2 Persen

"Pandemi menekankan pentingnya isu-isu ranah pangan, dan sekaligus menjadi peluang untuk beradaptasi dan transofrmasi sehingga bisa mendorong reformasi di bidang pangan untuk keterjangkauan ragam makanan bergizi di Indonesia," jelas dia.

Bank Dunia menuturkan, kelompok rumah tangga miskin dan rentan lebih mudah terdampak pada harga pangan tinggi dan tak stabil.

Setidaknya, pangan menyumbang rata-rata pengeluaran rumah tangga seluruh Indonesia mencapai 55,3 persen.

Namun, kelompok masyarakat bawah atau miskin harus menghabiskan 64,3 persen pengeluarannya hanya untuk membeli makanan.

Sementara untuk 20 persen masyarakat Indonesia yang merupakan masyarakat menengah ke atas menghabiskan 41,9 persen pengeluarannya untuk membeli makan.

Baca juga: Bank Dunia Peringatkan Perekonomian Lebanon yang Kian Terpuruk

Perbedaan mencolok lain untuk makanan pokok seperti nasi, di mana kelompok keluarga termiskin membelanjakan 12,2 persen pengeluaran mereka untuk beras.

Sementara untuk kelompok yang masuk dalam 20 persen orang terkaya hanya mengeluarkan 4,1 persen.

"Rumah tangga miskin juga lebih rentan terhadap malnutrisi dan masalah kesehatan yang terkait dengan asupan kalori yang tidak mencukupi," jelas Bank Dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com