Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaleidoskop 2020: Pandemi Covid-19 Bikin Indonesia Terjerumus ke Jurang Resesi Pertama Kalinya Sejak 1998

Kompas.com - 25/12/2020, 07:08 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

"Dalam situasi pandemi seperti ini, kita semuanya harus mampu bergerak cepat, mampu memperkuat kerja sama dan sinergi," ujar Jokowi saat memberikan sambutan secara virtual pada acara "Outlook Perekonomian Indonesia", Selasa (22/12/2020).

Untuk mendukung hal itu, Jokowi menekankan bahwa kebijakan yang baik di tahun 2020 akan terus dilanjutkan pada tahun depan.

Kebijakan yang dimaksud utamanya di bidang kesehatan untuk penanganan Covid-19 dan pemberian bantuan perlindungan sosial (bansos) untuk masyarakat. Kemudian, Jokowi pun memastikan bahwa program vaksinasi gratis akan dimulai pada awal 2021.

Ia berharap program ini dapat menimbulkan kepercayaan publik terhadap penanganan pandemi Covid-19 di Tanah Air. Selain itu juga menimbulkan rasa aman bagi masyarakat.

Terakhir, Jokowi mengungkapkan, pada 2021 Indonesia akan meluncurkan sovereign wealth fund (SWF) yang diberi nama Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authorithy (INA

Dia menyebut LPI bisa menjadi sumber pembiayaan pembangunan baru dalam bidang infrastruktur dan energi.

"(SWF) tidak berbasis pinjaman tetapi dalam bentuk penyertaan modal atau ekuitas. Dan ini akan menyehatkan ekonomi kita. Menyehatkan BUMN-BUMN kita terutama di sektor infrastruktur dan energi," tutur Jokowi.

Baca juga: Luhut Sebut RI Mulai Keluar dari Resesi Ekonomi

Bangkit di Akhir Tahun?

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, keberadaan vaksin yang telah tiba di dalam negeri pada awal Desember lalu merupakan game changer atau titik balik perekonomian Indonesia.

Menurut dia, pada kuartal IV ini perekonomian bisa tumbuh positif 0,6 persen dengan batas bawah proyeksi laju perekonomian mengalami kontraksi hingga 2 persen.

“Akhir tahun diharapkan bisa minus 2 persen hingga positif 0,6 persen. Ini tugas berat tapi tren positif terjadi karena pertumbuhan secara kuartalan sudan di 5 persen dan melihat pengungkit terberat di kuartal III adalah anggaran pemerintah yang bisa mendorong sebesar 9 persen," jelas dia.

Proyeksi tersebut berbeda dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang baru-baru ini melakukan revisi perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk akhir tahun.

Bendahara Negara itu merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2020 menjadi di kisaran minus 2,9 persen hingga minus 0,9 persen. Sebelumnya, Sri Mulyani hanya mengatakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV ini bakal mendekati 0 persen.

"Keseluruhan outlook pada kuartal IV ini minus 2,9 persen hingga minus 0,9 persen," jelas Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa secara virtual, Senin (21/12/2020).

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menjelaskan, masih dalamnya batas bawah proyeksi tersebut terjadi lantaran konsumsi masyarakat atau konsumsi rumah tangga yang masih akan tertekan di akhir tahun. Ia memperkirakan konsumsi rumah tangga pada kuartal IV di proyeksi masih tertekan di kisaran minus 3,6 persen hingga minus 2,6 persen.

"Karena Covid-19 meningikat pesat di bulan Desember ini dan langkah-langkah untuk melakukan pembatasan sosial mulai diketatkan, sehingga konsumsi tidak bisa terjadi normalisasi lebih cepat dari seperti yang diprediksi semula," jelas Sri Mulyani.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com