Biaya pembangunannya berasal dari dana pampasan perang atau kompensasi dari Pemerintah Jepang sebagai konsekuensi atas penjajahannya di Indonesia setelah kalah dalam Perang Dunia II melawan sekutu.
Nama Sarinah diambil dari nama salah satu pengasuh Presiden Soekarno pada masa kecil.
Bung Karno mengaku sangat mengagumi wanita tersebut, Sarinah digambarkan sebagai sosoknya sebagai bentuk kecintaan pada rakyat kecil.
Baca juga: Renovasi Gedung Sarinah Bukan untuk Saingi Grand Indonesia
Kecintaan Soekarno dan rasa hormat yang tinggi terhadap Sarinah diwujudkan dengan menamai pusat perbelanjaan pertama di Indonesia sesuai dengan nama pengasuhnya itu.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyebut renovasi besar-besaran Gedung Sarinah akan menelan anggaran senilai Rp 700 miliar dan melibatkan sejumlah perusahaan BUMN lainnya, termasuk PT Wijaya Karya (Persero) yang akan menjadi kontraktornya.
"Saya maunya di situ ada komunitas kesenian. Sabtu-Minggu adalah kesenian kita dimainkan di situ. Bisa pameran lukisan, atau videografik. Culture education community kita jalankan," kata Erick.
"Kurang lebih Rp 700 miliar. Kalau bongkar robohin lebih mahal. Tentu itu di luar ongkos buat operasionalnya jualan. Ada kerja sama dengan BUMN juga, bukan swasta. Beberapa perusahaan BUMN akan ada fokus properti, ritelnya Sarinah," imbuh dia.
Baca juga: Erick Thohir Targetkan Renovasi Gedung Sarinah Rampung 17 Agustus 2021
Menurut Erick, masyarakat di Indonesia kerap lebih mengapresiasi dunia Barat dibandingkan kualitas negeri sendiri.
Hal itu membuat dia ingin mengubah konsep Nusantara di Sarinah Thamrin ketika rampung direnovasi yang ditargetkan pada November 2021.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.