Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Pedagang soal Penyebab Mahalnya Harga Daging Sapi

Kompas.com - 20/01/2021, 14:25 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pegadang mengeluhkan lonjakan harga daging sapi, yang dinilai malah merugikan bukan menguntungkan.

Hal ini memicu pedagang daging sapi di Jabodetabek mogok berjualan hingga tiga hari ke depan.

Mengutip Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) per 20 Januari 2021, harga daging sapi untuk wilayah DKI Jakarta sebesar Rp 129.150 per kilogram dan di Jawa Barat Rp 124.950 per kilogram.

Baca juga: Kemendag Patok Harga Daging Sapi Paling Mahal Rp 130.000 Per Kg

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Asnawi mengatakan, penyebab tingginya harga sapi karena kenaikan yang memang sudah terjadi pada negara produsen.

"Pihak importir sapi mendapatkan harga yang sudah sangat tinggi dari negara produsen, seperti Australia," ujar Asnawi dalam keterangannya kepada Kompas.com, Selasa (20/1/2021).

Menurut Asnawi, kenaikan harga sapi bakalan hidup dari Australia sudah terjadi sejak Juli 2020, di mana hingga Januari 2021 kenaikan harga sudah mencapai Rp 13.000 per kilogram.

Ia menjelaskan, pada Juli 2020, harga sapi bakalan hidup dari Australia sudah di level 3,6 dollar AS per kilogram.

Harga itu berlanjut naik hingga per Januari-Februari 2021 di level 3,9 dollar AS per kilogram untuk sapi bakalan hidup.

Baca juga: Pedagang Keluhkan Harga Cabai Rawit Merah Tembus Rp 100.000 Per Kg, Daging Sapi Rp 126.000 Per Kg

"Belum biaya-biaya bongkar muat pelabuhan dan transportasi angkutan," imbuh Asnawi.

Kondisi tersebut tentunya berdampak pada kenaikan harga daging sapi di dalam negeri, mengingat pasokan sapi Indonesia sebagian berasal dari impor.

Sebelumnya, Sekretaris Dewan Pengurus Daerah APDI DKI Jakarta Tb Mufti Bangkit mengatakan, aksi mogok dipicu lonjakan harga daging sapi di tingkat rumah pemotongan hewan.

Ia menjelaskan, saat ini harga daging sapi yang belum dipisah antara tulang dan kulitnya atau karkas mencapai Rp 95.000 per kilogram.

Harga itu dinilai terlalu tinggi untuk dijual kembali ke pasar.

"Ditambah ongkos produksi dan ekspedisi total sudah Rp 120.000-lah. Sedangkan harga eceran tertinggi ditetapkan pemerintah Rp 120.000. Belum karyawan, belum pelaku pemotong sendiri kan harus (memberi uang) anak istri di rumah," kata Mufti melalui telepon, Selasa (19/1/2021).

Baca juga: Polemik Tingginya Harga Daging Sapi hingga Aksi Mogok Berdagang

Menurut Mufti, kenaikan harga daging sapi itu justru merugikan pedagang karena telah melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.

Akibatnya, masyarakat enggan untuk membeli daging sapi lagi.

Ia mengatakan, kenaikan harga daging sapi diperkirakan terus berlanjut hingga Maret-April 2021 dengan harga tertinggi Rp 105.000 per kilogram untuk karkas.

"Diprediksi masih akan naik terus sampai dengan bulan Maret atau April," pungkas Mufti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com