Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengalaman Pengguna Panel Surya, Bisa Hemat Tagihan Listrik hingga 60 Persen

Kompas.com - 21/01/2021, 18:30 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap atau panel surya terpasang terus bertumbuh setiap tahunnya. Selain dapat menekan produksi emisi karbon dioksida, penghematan tagihan listrik juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengguna panel surya.

Semenjak diterbitkannya Peraturan Menteri (Permen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 49 Tahun 2018 tentang Penggunaan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap oleh Konsumen PT PLN, pengguna panel surya dengan sistem hybrid atau on-grid dapat menjual kelebihan produksi listrik ke PLN.

Meskipun PLN hanya membeli listrik hasil panel surya sebesar 65 persen dari tarif listrik per kWh, jumlah itu sudah dinilai mampu menekan angka tagihan listrik pelanggan perusahaan pelat merah itu.

Baca juga: BLT UMKM Diperpanjang, Menko Airlangga Yakin Bakal Dorong Pemulihan UMKM

Penghematan tagihan tersebut pun dirasakan oleh Hery Trianto, yang mulai menggunakan panel surya semenjak meningkatknya konsumsi listrik akibat kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat selama pandemi Covid-19 merebak.

Hery mengatakan, sebelum pandemi muncul, rata-rata tagihan listrik rumahnya sebesar Rp 900.000 sampai Rp 1 juta per bulan. Namun, semenjak Maret 2020 tagihannya melonjak, menjadi sekitar Rp 1,2 juta hingga Rp 1,5 juta.

"Naik 50 persen lebih, intinya konsumsi di atas kertas naik," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (19/1/2021).

Akhirnya, Ia pun memutuskan untuk menggunakan panel surya guna menghemat tagihan listrik. Hery yang merupakan direktur dari salah satu perusahaan media nasional, Bisnis Indonesia, langsung berkonsultasi kepada mantan menteri ESDM, Ignasius Jonan, terkait vendor penyedia panel surya.

Sebelum memasang panel surya, Hery terlebih dahulu meningkatkan daya listrik rumahnya. Sebab, sesuai peraturan yang berlaku saat ini, pelanggan PLN hanya dapat memasang panel surya dengan kapasitas maksimal setara 90 persen daya listrik terpasang.

Baca juga: Rombak Direksi, BRI Ganti 4 Direktur

Setelah itu, Ia pun bisa memasang panel surya dengan kapasitas 4,1 kWp, seharga Rp 53 juta ditambah biaya penukaran meteran PLN ke meteran sistem on-grid seharga Rp 1,9 juta.

"Habis sekitar Rp 55 juta untuk pemasangan," kata dia.

Dengan sistem kelistrikan tersebut, rata-rata listrik yang dihasilkan perbulannya bisa mencapai 450 kWh.

Dari rata-rata produksi itu, Hery mengaku dapat menghemat tagihan listrik sekitar Rp 600.000 per bulannya, sehingga Ia hanya perlu membayar sekitar Rp 400.000 ke PLN.

"Tagihan saya rata-rata Rp 1 juta. Sekarang saya ini per bulan tinggal bayar Rp 400.000-an," kata dia.

Melihat rata-rata penghematan tersebut, maka tidak perlu waktu lama bagi Hery untuk dapat balik modal dari biaya pemasangan panel surya. Dengan rata-rata penghematan Rp 600.000, maka hanya butuh waktu sekitar 7,6 tahun untuk Hery mendapatkan break even point atau BEP.

Baca juga: Lelang Rumah 2 Lantai di Bekasi Mulai Rp 224 Juta, Minat?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com