Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Joe Biden Dorong Kongres Sahkan Stimulus Rp 26.600 Triliun

Kompas.com - 25/01/2021, 14:31 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Tindakan penanggulangan pandemi ini sering diremehkan pendahulunya, Donald Trump. Trump bahkan tidak memiliki rencana cara mendistribusikan vaksin kepada jutaan orang Amerika.

Anggota Dewan Penasihat Ekonomi Biden Jared Bernstein menambahkan, bantuan sebulan lalu sebesar 900 miliar dollar AS hanya akan membantu pemulihan ekonomi sekitar 1-2 bulan saja.

Gedung Putih mengatakan, tambahan stimulus senilai 1,9 triliun dollar AS diperlukan untuk menutupi biaya penanggulangan virus, meningkatkan tunjangan untuk pengangguran, dan bantuan sosial untuk rumah tangga.

Stimulus mungkin lolos

Pendapat Partai Republik sangat diperlukan agar Rancangan Undang-undang (RUU) soal stimulus tersebut bisa menjadi Undang-undang (UU).

Selain soal paket yang begitu besar, Partai Republik juga khawatir mengenai proposal pengiriman cek stimulus sebesar 1.400 dollar AS kepada sebagian warga AS. Stimulus itu disebut menyasar beberapa orang dengan pendapatan yang cukup tinggi.

Baca juga: Jokowi: Potensi Wakaf RI Capai Rp 2.000 Triliun per Tahun

Collins mengungkapkan, itu tidak tepat sasaran. Dia bilang, ada sebuah keluarga beranggotakan 5 orang di negara bagian Maine. Keluarga tersebut memiliki pendapatan 300.000 dollar AS yang kemungkinan tidak menderita kesulitan ekonomi.

"Stimulus tambahan yang diusulkan presiden tidak tepat sasaran," ungkap Collins.

Sependapat dengan Collins, Senator dari Partai Republik mengatakan angka 1,9 triliun dollar AS begitu besar. Menurutnya meminjam uang sebesar itu kepada China belum tentu hal yang baik untuk mempertahankan ekonomi kuat secara jangka panjang.

"Meminjam triliunan dolar dari China antara lain belum tentu merupakan hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk membuat ekonomi kita kuat dalam jangka panjang," papar Romney.

Sedangkan pemimpin Mayoritas Senat Demokrat Chuck Schumer menanggapi, pernyataan dari Partai Republik sangat tidak positif. Dia bahkan mengungkap, akan ada rekonsiliasi yang memungkinkan UU diloloskan dengan mayoritas sederhana.

"Ada alat yang dapat kami gunakan untuk bergerak maju sendiri. Dan kami akan melakukannya," ungkap Schumer.

Para senator berharap bisa mengesahkan RUU menjadi UU sebelum persidangan dimulai pada minggu 8 Februari mendatang.

Baca juga: Investor Mulai Beralih dari AS ke China, ini Alasannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com