Pada praktek dan kenyataannya, nilai pasar adalah nilai mengambang. Pagi dan sore bisa berubah signifikan. Pagi kaya raya, sore bisa miskin merana, kira-kira seperti itu gambaran paling sederhana dengan menafikan unsur saintifik dalam mekanisme bursa saham.
Seperti diungkapkan banyak ekonom, pasar saham tidak mencerminkan struktur ekonomi yang riil suatu negara.
Seperti prinsip purba yang mengatakan bahwa uang hanya bernilai bila berpindah tangan (dengan kata lain, bila dipertukarkan) dalam kadar tertentu, seperti itulah dinamika bursa. Tapi, berpindah tangan dari siapa ke siapa?
Kekayaan Elon Musk di Tesla bernilai 183 miliar dollar AS, itu hanya akan berdampak bagi para investornya besar maupun kecil, individu maupun institusi, yang mungkin di akhir tahun 2019 membeli sejumlah saham Tesla dan menjualnya minggu ini.
Mereka menjadi kaya raya dalam setahun. Hal sama berlaku bagi saham Amazon terhadap fluktuasi kekayaan Bezos, serta para pemegang saham Amazon.
Jumlah karyawan tetap Tesla ada di kisaran 48.000-an orang dengan kapitalisasi nilai pasar sebesar 830 miliar dollar AS.
Sedangkan pabrikan otomotif papan atas General Motor (GM) yang nilai pasarnya tak sampai seper-sepuluh Tesla (di kisaran 80 miliar dollar AS) mempekerjakan karyawan tetap sebanyak 164,000-an orang.
Bisa dibayangkan betapa besar ekonomi rumah tangga yang diputar oleh sebanyak 164.000-an karyawan GM. Belum lagi ribuan karyawan dari perusahaan-perusahaan komponen yang menjadi supplier GM.
Supply chain dalam rangkaian produksi mobil listrik seperti Tesla dan merek-merek lainnya memang tidak melibatkan banyak pemasok komponen, karena sebenarnya hanya ada tiga hal penting yang utama dalam kendaraan listrik: motor, baterai dan sistem elektroniknya.
Pabrikasi komponen lainnya relatif jauh lebih sederhana. Tentu sangat berbeda dengan kendaraan bermotor konvensional.
Dengan lebih rampingnya supply chain, semakin sedikit saja supplier komponen yang akan dilibatkan, pun juga melibatkan lebih sedikit mechanical work dari manusia.
Dalam laporan observasinya, baik NBC maupun Forbes sependapat bahwa fabrikasi produksi kendaraan listrik menghadirkan tantangan berupa potensi berkurangnya tenaga kerja karena proses fabrikasinya lebih sederhana.
Laporan yang dirilis PwC Amerika bahkan lebih jeli lagi. Dikatakan bahwa bertumbuhnya pasar kendaraan listrik berpotensi menimbulkan risiko khusus bagi pemasok komponen kendaraan konvensional.
Sistem utama yang penting untuk kendaraan konvensional dengan mesin pembakaran internal tidak ada di dalam daftar kebutuhan komponen kendaraan berbasis motor listrik.
Sebagai akibatnya, produsen sistem penggerak dan pembuangan, sistem bahan bakar, dan juga sistem transmisi menghadapi kemungkinan gangguan saat kendaraan listrik menjadi sebuah kenormalan baru dalam membeli kendaraan pribadi.