Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abu Batu Bara PLTU Bukan Lagi Limbah Berbahaya, Pemerintah: Tidak Serta Merta Isu Lingkungan Diabaikan

Kompas.com - 15/03/2021, 14:49 WIB
Rully R. Ramli,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah beberapa waktu lalu telah resmi mengeluarkan abu sisa pembakaran batu bara atau lebih dikenal dengan fly ash bottom ash (FABA) yang dihasilkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dari kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).

Keputusan tersebut tertuang dalam aturan turunan Undang-Undang Cipta Kerja, yakni Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, berdasarkan hasil penelitian dilakukan laboratorium independen, FABA yang dihasilkan oleh PLTU tidak lagi dapat dikategorikan sebagai limbah B3.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Fly Ash dan Bottom Ash, Limbah Batu Bara yang Dikeluarkan dari Kategori Berbahaya

Ia mengklaim, PLTU berhasil melakukan pembakaran sempurna terhadap batu bara, sehingga sisa karbon berbahaya yang dihasilkan sangat rendah.

"Kemudian dites di lab dan ternyata tidak memenuhi kriteria limbah B3," kata Rosa dalam konferensi pers virtual, Senin (15/3/2021).

Sementara itu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan, dengan dicabutnya FABA hasil PLTU dari B3, maka limbah dari pembangkit listrik yang paling mendominasi Indonesia itu kini dapat dimanfaatkan.

"(FABA) yang selama ini jadi burden, jadi berkah," ujar Rida.

Baca juga: Bos PTBA Senang, Abu Batu Bura Bukan Lagi Limbah Berbahaya

Rida menjabarkan berbagai pemanfaatan FABA yang dapat dilakukan, mulai pencampur bahan baku beton, meningkatkan kesuburan tanah, reklamasi pasca-tambang, hingga urugan lapisan dasar konstruksi jalan.

"Meski FABA ini sudah dikeluarkan dari B3, tidak serta merta isu lingkungan menjadi diabaikan," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com