Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips Mengatasi "Latte Factor", Pengeluaran Kecil yang Gerogoti Keuangan Kamu

Kompas.com - 24/05/2021, 08:10 WIB
Erlangga Djumena

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Dengan berkembangnya teknologi, masyarakat kini semakin mudah dalam membeli sesuatu. Bahkan, sering kali seseorang dibuat bablas melakukan pengeluaran kecil yang tidak terasa. Bila kamu seperti ini, bisa jadi kamu mengalami Latte Factor.

Latte Factor merupakan istilah yang dipopulerkan oleh David Bach soal konsep pengeluaran. Pada dasarnya, Latte Factor ini ialah fenomena di mana seseorang rutin berbelanja hal-hal kecil dan menjadi besar tanpa disadari, sehingga kondisi keuangan seseorang menjadi berantakan.

Konsep yang diangkat oleh Bach dalam teorinya cukup sederhana. Kata “Latte” diartikan dari kebiasaan para milenial nongkrong dan ngopi di kafe setiap hari. Tanpa disadari, lama-lama menguras isi kantong.

Baca juga: Tips Aman Belanja Online dengan Sistem COD

Misalnya, seseorang nongkrong di kafe dengan membeli kopi seharga Rp 30.000 per harinya. Bila dilakukan selama 30 hari, maka biayanya menembus hingga Rp 900.000.

Tidak sebatas membeli kopi saja, ada banyak jenis Latte Factor lainnya, seperti biaya transfer antar bank, belanja berburu diskon, merokok, beli cemilan, dan lainnya.

Dampak Latte Factor bagi keuangan

Menurut Perencana Keuangan Finansialku, Yuki Diwinoto, CFP, Latte Factor biasanya sering di alami oleh Milenial dan Gen Z. Tentu saja hal ini akan membuat kamu berperilaku konsumtif dan boros.

Pengeluaran yang terus dilakukan, akan meningkat juga karena dipengaruhi inflasi.

“Misalnya, awal harga kopi Rp 20.000, dalam 5 tahun ke depan harga kopi bisa naik lebih dari 100 persen,” sebut Yuki.

Dampaknya memang tidak langsung terasa, namun akan mengganggu tujuan keuangan yang hendak dicapai dan akhirnya masa depan sulit diwujudkan.

Yuki menjelaskan, kebiasaan windows shopping juga bisa memicu Latte Factor yang tidak terkontrol. Bila dibiarkan, bisa berdampak pada penyakit compulsive buying disorder (CBD) atau gangguan belanja kompulsif.

“Ini merupakan hasrat tidak tertahankan untuk membeli barang secara berlebihan, yang berpengaruh negatif dalam keluarga dan keuangan,” jelasnya.

Baca juga: Simak Tips Menata Kembali Keuangan Setelah Lebaran

Cara mengatasi Latte Factor

Setelah mengetahui dampaknya, kamu perlu mengubah kebiasaan ini menjadi yang lebih baik lagi.

Berikut cara mengatasinya:

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com