Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bambang Brodjonegoro: Ekonomi Indonesia Harus Berbasis Inovasi, Happy karena Banyak Startup

Kompas.com - 03/06/2021, 14:02 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisaris Utama PT Telekom Indonesia (Persero) Tbk Bambang Brodjonegoro menilai, Indonesia kini harus bertransformasi menjadi negara dengan ekonomi berbasis inovasi, bukan lagi berbasis sumber daya alam. Hal itu untuk mendorong kemajuan ekonomi RI.

"Kita memang harus benar-benar melakukan perubahan yang signifikan, mulai meninggalkan pendekatan sumber daya alam dan arahkan ekonomi kita ke berbasis inovasi," ujarnya dalam webinar Infobank, Kamis (3/6/2021).

Dia mengatakan, pandemi memang mempercepat transformasi ekonomi Indonesia secara khusus pada digitalisasi, namun menurutnya go digital bukan hanya sekedar berubah dari luring ke daring.

Perubahan besar diperlukan pula pada struktur dan karakter ekonomi RI kedepannya.

Baca juga: Kementerian Investasi Siapkan Karpet Merah buat Investor yang Kembangkan Inovasi dan Teknologi

Bambang mengungkapkan, saat para milenial Indonesia sudah sangat terbiasa dengan era digital, maka seharusnya perekonomian tak lagi seperti sebelumnya yang bergantung pada penjualan dan pergerakan harga komoditas. Ekonomi Indonesia tak bisa melulu andalkan kelapa sawit dan batu bara.

"Jadi Indonesia harus mulai mengubah diri menjadi ekonomi berbasis inovasi, tak lagi happy karena punya konsesi batu bara atau kelapa sawit, tapi happy karena sudah melahirkan inovasi atau gampangnya happy kalau semakin banyak startup di Indonesia," jelas dia.

Ekonomi berbasis inovasi ini diperlukan bahkan setelah pandemi Covid-19 berlalu, sebab kemajuan sebuah negara memang didasarkan seberapa banyak inovasi yang dilakukan.

Oleh sebab itu, industri manufaktur yang kini berkembang harus pula fokus pada pengembangan produk (product development).

Dia menjelaskan, ekonomi Indonesia sejak tahun 1990-an memang sudah mulai bergerak ke industri manufaktur, namun masih minim pada product development. Sebagian besar merupakan manufaktur yang bersifat perakitan, bukan membuat produk inovasi sendiri.

Hal mudah memahami konsep inovasi ini, lanjut Bambang, tercermin dari perkembangan teknologi handphone. Mulanya pada akhir tahun 1990-an, handphone hanya bisa digunakan untuk menelepon jarak jauh tetapi kini berkembang pesat hingga bisa menggantikan berbagai fungsi komputer.

"Nah disitulah kita harus mulai melihat, kenapa dari handphone yang simpel bisa jadi smartphone yang canggih. Jawabannya hanya satu karena ada product development," kata dia.

Mantan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu mengatakan, product development hanya bisa muncul jika ada inovasi atau sesuatu yang mempunyai kebaruan. Sementara inovasi muncul karena adanya penelitian dan pengembangan (research and development/R&D).

Oleh sebab itu, dia menegaskan, penting untuk suatu negara punya R&D yang bagus, sebab hasil dari penelitian akan sangat berpengaruh pada inovasi yang bisa mendorong daya saing negara tersebut. Terutama R&D pada produk-produk yang memerlukan pengembangan secara berkelanjutan.

"Sekarang ini kita memang harus mendorong argumen bahwa R&D suatu bangsa itu penting, bukan untuk masalah ranking universitas atau ingin melahirkan pemenang nobel, bukan. Tapi itu penting karena itu akan langsung pengaruhi daya saing ekonomi kita," ucap Bambang.

Baca juga: Tips Membangun Bisnis Startup, Kecepatan adalah Kunci

Dia mencontohkan Korea Selatan sebagai salah satu negara yang berhasil dalam berinovasi. Negara yang dulunya termiskin di Asia pada tahun 1950-an itu, kini sudah memproduksi beragam produk elektronik yang menguasai pasar dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Whats New
Pasar Kripto 'Sideways', Simak Tips 'Trading' untuk Pemula

Pasar Kripto "Sideways", Simak Tips "Trading" untuk Pemula

Earn Smart
Sederet Langkah Kemenhub Pasca Kasus Kekerasan di STIP Jakarta

Sederet Langkah Kemenhub Pasca Kasus Kekerasan di STIP Jakarta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com