Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Mengapa Garuda Indonesia Harus Diselamatkan?

Kompas.com - 18/06/2021, 14:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Perusahaan penerbangan atau maskapai Merpati Nusantara Airlines (MNA), yang bertugas melayani rute penerbangan perintis menderita kerugian dan kemudian bangkrut. Tidak aneh kemudian rute penerbangan perintis yang sebenarnya adalah rute penerbangan pemersatu bangsa itu kemudian diambil alih oleh maskapai lainnya.

Apakah ada unsur kesengajaan dalam hal ini wallahualam bissawab.

Garuda Indonesia sudah sejak sebelum pandemi merajalela kerap menderita kerugian keuangan. Sekarang ini Garuda telah berada dalam posisi yang sangat mengkhawatirkan karena hutang yang bertumpuk-tumpuk.

Baca juga: Bursa Hentikan Sementara Perdagangan Saham Garuda Indonesia

 

Pada saat yang sama turunnya jumlah penumpang pesawat akibat pandemi sangat “membunuh” maskapai penerbangan tidak saja di Indonesia akan tetapi juga di seluruh dunia.

Garuda Indonesia sebagai Maskapai milik pemerintah melayani rute kota kota besar dalam dan luar negeri serta rute penerbangan haji dan umroh.

Harus Dikuasai Negara

 

Kalau MNA melayani rute penerbangan pemersatu bangsa (RPPB), maka Gauda Indonesia dapat disebut sebagai melayani rute penerbangan pembangunan nasional (RPPN).

RPPB dan RPPN adalah asset negara berupa “rute basah” yang dapat dikategorikan sebagai Sumber Daya Alam (SDA). Dengan demikian memang harus dikuasai negara untuk digunakan semaksimal kesejahteraan rakyat sesuai amanat konstitusi.

Harus dikuasai negara karena dapat menghasilkan pendapatan negara yang besar dan berkelanjutan. RPPB dan RPPN berpotensi memberikan pemasukan keuangan negara yang sangat signifikan sehingga keuntungannya dapat digunakan negara dalam pengelolaan pembangunan bagi kesejahteraan rakyat banyak.

Tidak demikian halnya bila dikuasai swasta yang akan berakibat hanya segelintir pihak saja yang akan menikmati.

Pada sisi lainnya, ketika negara membutuhkan saat masa bencana alam dan atau negara dalam keadaan darurat, maka dengan mudah pemerintah dapat mengendalikan maskapai penerbangan tanpa perhitungan untung rugi. Hal yang pernah terjadi pada saat tsunami, Trikora, Dwikora dan Timtim misalnya.

Demikianlah maka kita segera dapat memahami tentang peran maskapai penerbangan milik pemerintah dalam pembangunan nasional.

Peran penting maskapai dalam usaha menghasilkan pendapatan bagi pemasukan kas negara. Belum lagi dampak ikutan dari pengelolaan penerbangan, seperti bengkel pemeliharaan pesawat, bandara, hotel, restoran dan banyak lainnya yang akan ikut berputar didalamnya.

Baca juga: Garuda Indonesia Kembali Tunda Bayar Bunga Utang Sukuk Global

 

Sayangnya, bidang kedirgantaraan dalam hal ini industri penerbangan termasuk aircraft manufacture memang belum mendapat perhatian yang cukup dari kita semua. Padahal dari pengelolaan kegiatan penerbangan dan dampak ikutannya, sangat berpotensi menjadi sumber utama pemasukan keuangan negara.

Belum lagi berbicara tentang pengelolaan wilayah udara nasional bagi kesejahteraan rakyat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com